Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu: Suara Nol Tidak Mutlak Dianggap Pelanggaran

Kompas.com - 14/07/2014, 18:13 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Badan Pengawas Pemilu Nelson Simanjuntak menekankan, perolehan suara nol di TPS di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, bagi pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla, tidak mutlak dianggap pelanggaran. Selain itu, dia mengatakan, ketiadaan saksi di TPS bukanlah kesalahan penyelenggara atau pengawas pemilu.

"Perlu dipahami bahwa perolehan suara nol atau sedikit, itu bukan menjadi sesuatu yang mutlak dianggap pelanggaran," ujar Nelson di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2014).

Kecuali, tambah Nelson, jika ada laporan terjadi pelanggaran di TPS-TPS tersebut, maka harus ada pengecekan kembali. Sejauh ini, ia mengaku belum menerima laporan pelanggaran. Meski begitu, Bawaslu RI akan menyampaikan kepada Bawaslu Provinsi Jawa Timur untuk melihat adanya indikasi manipulasi.

Terkait ketiadaan saksi di TPS Sampang, Nelson mengatakan, hal tersebut bukan kesalahan penyelenggara atau pengawas pemilu. "Tidak ada saksi kan bukan kesalahan penyelenggara pemilu. Itu kan hak peserta calon untuk mengamankan suaranya," jelas Nelson.

Sebelumnya, menurut dokumen C1 yang diunggah dalam laman situs resmi Komisi Pemilihan Umum, pasangan Jokowi-JK tidak mendapatkan satu suara pun di 17 tempat pemungutan suara di Desa Ketapang Barat, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, dalam Pemilu Presiden 9 Juli lalu. Seluruh suara pemilih di 17 TPS ini diberikan untuk pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Selain itu, tak ada tanda tangan atau paraf saksi dalam semua dokumen formulir C1 dari ke-17 TPS itu, baik saksi dari pihak Prabowo-Hatta maupun saksi dari pihak Jokowi-JK. Pada halaman keempat seluruh dokumen itu, kolom paraf saksi di bagian bawah tampak kosong. Padahal, isian nama TPS dan perolehan suara di bagian atas terisi dengan baik. Seharusnya, kolom itu diisi seperti formulir C1 yang diunggah dari semua TPS di seluruh Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com