Pukul 16.00
PPLN tidak membuat kebijakan untuk mengantisipasi antrean yang luar biasa banyak. Baru pada pukul 16.00, panitia membuka dua pintu. Karena antrean di ring tiga sangat banyak, sampai pukul 17.00 mereka tetap belum bisa memilih. "Seharusnya PPLN bisa menambah bilik suara. Ada enam bilik suara dari 13 TPS," kecam Syaiful.
Pukul 17.00
Sekitar 500 sampai 1.000 orang masih mengantre di ring satu. Mereka terdaftar di DPT, ada juga yang tidak terdaftar. Setelah pukul 17.00, TPSLN ditutup, tetapi ada beberapa pemilih meminta tetap diperbolehkan masuk dan menggunakan hak pilih. Hanya beberapa orang yang bisa masuk dan selebihnya tetap di luar pagar.
"Saya sendiri memilih di Hongkong 10 menit sebelum pukul lima sore. Bagi siapa pun yang membawa undangan bisa langsung masuk. Mudah," terang Syaiful. Namun, bagi pemilih yang sebelumnya tidak mendapat pemberitahuan memilih, kata dia, tak semudah itu prosesnya.
Buruh migran akhirnya berdemo di depan pintu masuk karena merasa dapat surat undangan dan panggilan, tetapi tak bisa memilih. Sayang, PPLN tidak merespons sama sekali demo para pemilih, sekaligus tak ada antisipasi dan langkah apa yang harus dilakukan.
Ketua PPLN tak memberikan solusi sama sekali. Justru anggota PPLN yang ke depan menemui para pendemo, tetapi tak menjawab tuntutan pemilih. Setelah tak ada respons, pemilih berdemo. Para pemilih lalu menerobos pagar pembatas di ring pertama dan mengejar PPLN.
Kepada siapa saja yang bisa ditemui, para pemilih ini meminta bisa memilih. Saat itu, kata Syaiful, ada Ketua Badan Pengawas Pemilu Muhammad, serta dua anggota Komisi Pemilihan Umum, yakni Sigit Pamungkas dan Juri Ardiantoro.
"Beliau tidak ada solusi sama sekali dan diserahkan ke PPLN. Pemilih Hongkong sampai memaki-maki. Tetap sampai mereka pulang pukul tujuh malam tidak ada keputusan KPU dan Bawaslu. Lalu Ketua PPLN memutuskan mereka tetap tidak bisa memilih," papar Syaiful.
Diketahui, sebanyak 23.863 pemilih yang tercatat memberikan hak suaranya di 13 TPS dari total DPT lebih dari 100.000. Ada konfirmasi jumlah pemilih yang memberikan suara lewat pos mencapai 18.000 orang.
Pukul 19.15
Para pemilih merangsek masuk ke ring satu dan menemui PPLN. Ada informasi beredar, ujar Syaiful, Keua Bawaslu nyaris memukul pemilih yang mengumpatnya saat buka puasa. Tribunnews berusaha mengonfirmasi Muhammad, tetapi telepon selulernya tak aktif.
"Tapi saya tidak melihat secara langsung. Memang teman-teman ramai berita itu. Kami masih cari bukti-bukti itu, video atau apa pun masih dikumpulkan. Kami masih cari pengawas yang memiliki rekaman," katanya.
(Yogi Gustaman/Agung Budi Santoso)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.