Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Buruh Melawan Lupa Tuntut KPU Diskualifikasi Prabowo

Kompas.com - 13/06/2014, 13:59 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah buruh yang tergabung dalam Gerakan Buruh Melawan Lupa melakukan aksi demo di depan Komisi Pemilihan Umum Pusat, Jakarta, Rabu (11/6/2014). Mereka menuntut KPU untuk mendiskualifikasi Capres Nomor Urut 1 Prabowo Subianto, karena telah terbukti melanggar hak asasi manusia.

"Apakah kita ingin memilih capres yang berdarah tangannya?" seru Koordinator Gerakan Ari Lamonjo dengan muka yang memerah.

Arie menuding Prabowo sebagai pembunuh berdarah dingin dan penindas. Untuk itu, ia menilai Prabowo tidak patut maju sebagai calon presiden. Ia mengimbau kaum buruh untuk bersama-sama bersatu dan berjuang melawan pencalonan Prabowo. Ia tidak menyalahkan kaum buruh yang memilih Prabowo, tetapi ia ingin para buruh segera sadar untuk tidak memilih Prabowo. "Satu kata dari saya, 'Ingatan kami tajam, Jenderal'," kata Ari.

Dalam orasinya, Ari mengaku sudah bersusah payah agar gerakan buruh bisa berorganisasi melawan pelanggaran HAM. Ia mengklaim mengetahui siapa Prabowo dan organisasi yang membinanya. Ari bersikukuh harus menolak capres pelanggar HAM. "Apa (jika) Prabowo jadi presiden, kita bisa sejahtera?" serunya.

Selain meminta KPU mendiskualifikasi Prabowo, para buruh ini juga menuntut pemerintah untuk membentuk pengadilan HAM ad hoc untuk mengadili pelaku pelanggar HAM di masa lalu maupun masa kini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com