Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Tak Bisa Kembali ke Senayan

Kompas.com - 03/05/2014, 15:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilu 2014 penuh kejutan, terutama hasilnya. Tidak sedikit calon anggota legislatif petahana yang mental, gagal kembali ke Senayan. Wajah DPR periode 2014-2019 akan berubah dengan kehadiran orang-orang baru di luar 90 persen dari 560 anggota DPR periode 2009-2014.

Jauh sebelum pemungutan suara berlangsung, banyak prediksi soal wajah DPR yang bisa direka. Namun, prediksi itu tak sepenuhnya terjadi. Misalnya, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari (Golkar) yang gagal dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV. Nurul Arifin (Golkar), artis dan aktivis perempuan itu, juga gagal mempertahankan kursinya di dapil Jawa Barat VII.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf (Demokrat) juga kemungkinan terpental. Penulis novel dengan nama Noriyu ini gagal meraih kursi dari dapil Jawa Timur VII. Begitu pula Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III (PDI-P), gagal di dapil Jawa Timur VI.

Ketua DPR Marzuki Alie (Demokrat) dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso (Golkar) juga disebut-sebut kalah dalam pemilu. Caleg petahana lain, seperti mantan model Okky Asokawati dan mantan Ketua Umum PB HMI Taufiq Hidayat, juga kemungkinan terpental.

Melihat hasil Pemilu 2014, popularitas saja tidak cukup menjadi modal. Modal kerja dan pendekatan kepada konstituen selama hampir lima tahun tidak menjamin keterpilihan. Mereka yang gagal dan disebutkan di atas adalah bukti.

Tak menyesal

Kendati gagal mempertahankan kursi parlemen, sebagian caleg petahana tidak menyesal terlibat dalam politik praktis. Mereka hanya menyesalkan maraknya kecurangan, terutama politik uang.

Hajriyanto, misalnya, sudah sejak dua pekan setelah pemungutan suara menyatakan menerima kekalahan. ”Tidak ada yang perlu disesali karena pemilih saya tetap sama dengan Pemilu 2009, yakni 42.000-an. Artinya, saya tidak kehilangan suara,” tutur dia.

Ketua DPP Partai Golkar itu membaca kegagalannya mempertahankan kursi sebagai cara Tuhan menghentikannya dari Senayan. Sebagai aktivis yang memilih jalan politik, Hajriyanto belajar legawa, menerima kekalahan. Apalagi, ia sudah empat periode menjadi anggota DPR sejak Pemilu 1997.

Beberapa hari lalu, Nurul juga muncul di parlemen menyatakan menerima kekalahan. Perolehan suara anggota Komisi II DPR itu anjlok, dari sekitar 195.000 pada Pemilu 2009 menjadi 68.000 suara. ”Saya sudah menerima kekalahan ini, tetapi tim saya masih belum menerima. Sebanyak 68.000-an suara yang saya dapat itulah hasil kampanye door to door saya selama ini,” ujar dia.

Meski merasa kalah oleh kecurangan, Nurul tidak menyesal memilih jalan politik. Ia juga tak akan berhenti beraktivitas memperjuangkan rakyat meski tidak berada di parlemen. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar ini justru punya lebih banyak waktu untuk aktif di parpol dan sejumlah organisasi kemasyarakatan.

Eva, yang merasa kalah karena banyaknya praktik politik uang di sekitarnya, juga menerima kekalahan. Namun, kekalahan itu tidak membuat ia ingin berhenti dari jalan politik. ”Berpolitik sih terus, it is in my blood, entah politik etis ataupun praktis,” kata dia.

Saat ini, Eva aktif terlibat dalam beragam kegiatan mendukung calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo. Selain menyebarkan informasi agenda-agenda yang terkait Jokowi, Eva juga aktif menyusun dan menyebarkan rilis-rilis dukungan untuk Jokowi. Ia berkelakar sudah dapat pekerjaan baru, sebagai penulis rilis untuk Jokowi.

Noriyu juga bertekad tidak akan berhenti. Tekad para caleg petahana yang tak terpilih itu membuktikan bahwa kursi DPR bukanlah segalanya. Tak harus menunggu menjadi wakil rakyat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Perjuangan membela rakyat tetap bisa dan nyata bisa dilakukan justru di luar parlemen. (Anita Yossihara)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com