Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kembali Perjalanan Soeharto ke Kairo

Kompas.com - 29/04/2014, 15:51 WIB


KOMPAS.com - Lusa, kita memasuki Mei 2014. Mei adalah bulan penuh kenangan kelam dari tahun 1998. Di bulan itu, 16 tahun lalu, Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia dilanda kerusuhan berdarah dan disusul jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan yang diduduki selama 32 tahun lebih. Mari kita lihat kembali cuplikan peristiwanya.

Sabtu petang, 9 Mei 1998, waktu setempat, Soeharto bersama rombongan tiba di Kairo, Mesir, untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) kelompok 15 negara-negara Nonblok (G-15). Selasa, 12 Mei 1998, terjadi penembakan beberapa mahasiswa oleh aparat keamanan di Jakarta. Peristiwa itu menjadi berita utama media-media massa dunia, termasuk di Mesir. Rabu, 13 Mei 1998, KTT G-15 ditutup dan dilanjutkan dengan jumpa pers. Soeharto tidak hadir dan diwakili Menteri Luar Negeri Ali Alatas.

Dalam mimpi

Sore harinya, pukul 19.00 waktu Kairo, atau pukul 23.00 waktu Jakarta, Soeharto bicara di depan masyarakat Indonesia di salah satu ruang di Kedutaan Besar Indonesia untuk Mesir di Kairo. Sebagian besar wartawan Indonesia yang hadir di situ mengantuk mendengarkan uraian Soeharto.

Wartawan Kompas ikut mengantuk dan setengah tertidur. Dalam keadaan setengah tertidur, wartawan Kompas mendengar suara Soeharto sayup-sayup mengatakan, keluarganya dituduh memonopoli ekonomi Indonesia dan disebut sebagai keluarga terkaya ke-4 di dunia. Ia mengatakan, itu fitnah untuk menghancurkan kepercayaan rakyat kepadanya.

"Sebetulnya, kalau masyarakat tidak memberi kepercayaan lagi, tidak apa-apa. Saya sendiri sudah mengataken, jika sudah tidak percaya, ya sudah. Saya tidak akan mempertahankan dengan kekuatan senjata," demikian kata Soeharto sayup-sayup seperti dalam dunia mimpi.

Sebelum ceramah Soeharto selesai, para wartawan mencari telepon untuk kirim berita ke Jakarta. Ruang telepon kedutaan Indonesia saat itu sudah ditutup karena sudah pukul 20.05 Rabu waktu setempat atau Kamis dini hari (00.05) waktu Jakarta.

Wartawan Kompas segera mendekati alat telepon di pintu masuk halaman kedutaan. Menurut penjaga keamanan kedutaan, itu telepon internal tidak bisa dipakai keluar, apalagi kontak ke luar negeri.

Tapi, ketika dicoba, alat telepon bisa menyambung ke Kompas Jakarta. "Ada berita apa? Di Jakarta sudah hampir pukul setengah satu dini hari," kata petugas telepon di Kompas Jakarta. "Ini, Soeharto bilang mau mundur," kata wartawan Kompas di Kairo. "Ya sudah kirim saja secara lisan jangan panjang-panjang," kata petugas malam Kompas saat itu.

"Presiden Soeharto mengatakan, jika rakyat tidak menghendakinya lagi, silakan saja, saya tidak akan mempertahankan (kursi kepresidenan saya) dengan senjata," begitu berita lisan yang disampaikan, yang kemudian menjadi berita utama di Kompas, Kamis, 14 Mei 1998. Hanya Kompas yang membuat berita semacam ini hari itu.

Kamis (14 Mei 1998) pagi, di lobi Hotel Hilton Kairo, tempat Soeharto menginap, para wartawan asing di Kairo bertanya-tanya, betulkah Soeharto menyatakan seperti yang diberitakan Kompas? Kamis itu juga, Soeharto meninggalkan Kairo menuju Jakarta. Penerbangan Kairo-Jakarta saat itu penuh cerita tersendiri. Ketika pesawat sampai di atas Jakarta, kota itu masih diselimuti api membara.

Yang terjadi kemudian, mahasiswa dan aneka kelompok masyarakat menduduki Gedung DPR/MPR di Senayan Jakarta. Kamis sore, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan mundur dari kursi presiden. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com