Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapkan Aturan Ketat Koalisi, PDI-P Sadar Risiko

Kompas.com - 17/04/2014, 08:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mengakui sadar risiko dari menerapkan aturan ketat penentuan koalisi politik. Risiko besar yang dimaksud adalah terulangnya kembali kenyataan pahit kalah di pemilu presiden tahun ini.

"Tentu semua perjuangan bukan tanpa risiko. Tapi sikap itu kami bangun dengan suatu kesadaran, sebagai partai politik yang sudah belajar dari kesalahan masa lalu," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Achmad Basarah, di Jakarta, Rabu (16/4/2014) malam. Dia mengatakan partainya menghindari koalisi berbasis transaksional.

Semangat yang dikedepankan dalam rencana koalisi ini, ujar Basarah, adalah kesamaan platform bila mendapat kesempatan berkuasa. Aturan ketat koalisi, kata dia, juga sengaja diterapkan partainya untuk menciptakan kultur politik yang baik.

Harapannya, kata Basarah, ada pendidikan politik untuk masyarakat yang lebih mudah dipahami dan lebih mudah diterima, yang dengannya pemerintah mendapat dukungan penuh dari masyarakat dalam menjalankan kebijakan. "Kami yakin parpol lain akan mengikuti. Karena memang sudah saatnya kepercayaan masyarakat pada perpol meningkat," kata dia.

Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Jendral PDI-P Tjahjo Kumolo mengatakan hal yang sama. Koalisi transaksional, ujar dia, hanya akan merugikan rakyat. Dia pun mengaku tak khawatir bila PDI-P benar-benar ditinggalkan partai lain yang berharap bisa mengecap nikmat kekuasaan. "Partai (lain) yang mau maju sendiri ya sudah," kata Tjahjo.

Seperti diberitakan sebelumnya, PDI-P membuat aturan ketat dalam menentukan partai yang akan diajak berkoalisi untuk Pemilihan Presiden 2014. PDI-P ingin memulai kerja sama politik dengan cara yang benar. Tujuannya, memudahkan jalan ketika menjadi pemenang dalam pilpres dan menjalankan roda pemerintahan.

Koalisi yang diidamkan PDI-P adalah soliditas kerja pemerintah dan parlemen. Posisi kabinet juga akan diisi oleh orang yang bersih dan kompeten dengan melibatkan semua partai koalisi dalam penentuannya.

"Jadi, jauh dari pikiran untuk mengambil kekuasaan sendiri. Ideologi kami gotong royong, kami tidak terpikir untuk mengelola kabinet sendiri dan harus ada kerja sama dengan semua pilar bangsa, nasionalis, agama, dan TNI/Polri," papar Tjahjo.

Sejauh ini, baru Partai Nasional Demokrat yang menyatakan bersedia berkoalisi dengan PDI-P. Komunikasi politik dengan partai lain seperti Golkar, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa, masih terus dibangun tetapi belum ada gelagat apa pun juga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakasad Kunjungi Pabrik “Drone” Bayraktar di Turkiye

Wakasad Kunjungi Pabrik “Drone” Bayraktar di Turkiye

Nasional
Usung Anies di Pilkada Jakarta 2024, PKS Dianggap Menjaga Daya Tawar Politik

Usung Anies di Pilkada Jakarta 2024, PKS Dianggap Menjaga Daya Tawar Politik

Nasional
Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Blusukan di Kalteng, Jokowi Kaget Harga Bahan Pokok Hampir Sama dengan di Jawa

Nasional
Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Menko Polhukam: Pilkada Biasanya 2 Kali, di Daerah dan MK, TNI-Polri Harus Waspada

Nasional
Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Bandar Judi Online Belum Disentuh, Kriminolog: Apa Benar Aparat Terkontaminasi?

Nasional
Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Banjir Rendam 3 Desa Dekat IKN di Penajam Paser Utara

Nasional
DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi 'Online' ke MKD

DPR Dorong PPATK Laporkan Anggota Dewan yang Main Judi "Online" ke MKD

Nasional
Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com