Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Caleg Takut Stres Gunakan Politik Uang Pascabayar

Kompas.com - 06/04/2014, 16:50 WIB
Meidella Syahni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan modus money politics (politik uang) pascabayar dalam kampanye terbuka Pemilu Legislatif 2014. Cara ini digunakan para kandidat calon legislatif untuk menghindari stress jika kalah dalam pemilihan.

"Belajar pada caleg yang gagal pada 2009, mereka tidak mau lagi cara berjudi. Mereka mau hasil pasti. Jadi, mereka mencari orang yang mau pasti bekerja, memastikan suara untuk mereka dan membayarnya nanti setelah waktu pemilihan atau pascabayar," jelas peneliti ICW Donal Fariz, Minggu (6/4/2014) di Jakarta.

Modus ini, kata Donal, menggunakan sistem jaringan layaknya bisnis multi level marketing (MLM). Salah satu kasus yang ditemukan di Riau, satu kandidat bisa membayar satu orang yang menjadi jaringannya Rp 2.000.000 untuk memastikan sepuluh suara.

"Mereka bahkan membuat surat perjanjian dengan materai soal pembayaran yang akan dilakukan setelah hari pemilihan," katanya.

Surat perjanjian tersebut telah dibawa mitra jaringan ICW ke Badan Pengawas Pemilu setempat sebagai bukti otentik untuk ditindaklanjuti. Namun, reaksi Bawaslu untuk menindak kandidat yang terbukti menggunakan politik uang ini, dinilai ICW lamban.

"Harusnya Bawaslu bisa menindak kandidat caleg ini dengan sanksi pidana karena mereka otaknya," katanya.

Hasil pantauan ICW bersama 15 mitra jaringan di beberapa daerah, mereka menemukan 135 kasus pelanggaran politik uang sejak kampanye terbuka 16 Maret 2014. Temuan terbanyak terdapat di Riau dengan 32 kasus, diikuti Sumatera Utara 18 kasus, Banten 16 kasus, Sulawesi Selatan 14 kasus, dan Jawa Barat 12 kasus.

Sementara, partai yang paling banyak melakukan pelanggaran politik uang adalah Partai Golkar 23 kasus, diikuti PAN 19 kasus, Demokrat 17 kasus, PDI-P 13 kasus, PPP 12 kasus dan PKS 10 kasus. Pelanggaran rentan ditemukan di daerah pemilihan Kota/Kabupaten dibandingkan Provinsi atau dapil pusat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com