Kunjungan Presiden ini merupakan rangkaian dari kunjungannya ke Jawa Timur sejak Selasa (11/3/2014). Sebelum ke makam Sunan Drajat, pagi hari tadi, Presiden menghadiri pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut di Dermaga Koarmatim, Surabaya. Setelah itu, Presiden menghadiri acara bersama gubernur-gubernur seluruh Indonesia dan melanjutkan kegiatan dengan menghadiri acara peluncuran buku biografi SBY, Selalu Ada Pilihan, di Tunjungan Plaza.
Sore hari, Presiden menuju Tanjung Kodok Beach Resort, Lamongan, untuk beristirahat sejenak. Makam Sunan Drajat merupakan tempat yang dikeramatkan oleh warga sekitar.
Sunan Drajat sebenarnya berasal dari Ampel Denta, Surabaya. Namun, oleh ayahnya, Sunan Ampel, dia diminta berdakwah ke pesisir barat Gresik. Sunan Drajat pun memutuskan berangkat menumpang biduk nelayan. Akan tetapi, dalam perjalanannya, Sunan Drajat mengalami kecelakaan. perahu yang ditumpanginya terseret badai dan kemudian pecah dihantam ombak di daerah Lamongan, sebelah barat Gresik. Sunan Dajat selamat dengan berpegangan pada dayung perahu.
Dikisahkan, ia ditolong oleh ikan cucut dan ikan talang hingga berhasil mencapai darat di Kampung Jelak, Banjarwati. Berdasarkan sejarah, peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1485 Masehi. Di sana, Sunan Drajat disambut baik oleh tetua kampung bernama Mbah dan Mbah Mayang Madu. Sunan Drajat lantas menetap di Jelak dan menikah dengan Kemuning, putri dari Mbah Mayang Madu. Tiga tahun kemudian, Sunan Drajat pindah ke selatan, sekitar satu kilometer dari Jelak, menuju tempat yang lebih tinggi dan terbebas dari banjir pada musim hujan. Tempat tersebut kemudian dinamai Desa Drajat. Dari sinilah dia mulai mendapatkan gelar Sunan Drajat.
Akan tetapi, Sunan Drajat merasa tempat baru itu kurang strategis untuk berdakwah. Akhirnya, dengan seizin Sultan Demak yang mengauasai kawasan Lamongan ketika itu, Sunan Drajat diberi izin membuka lahan di perbukitan seluas 9 hektar. Di situlah, Sunan Drajat berdakwah hingga akhirnya wafat pada tahun 1522. Kompleks pemakaman Sunan Drajat kemudian dinamakan Ndalem Duwur. Di tempat ini, sebuah museum dibangun untuk menyimpan barang-barang peninggalan Sunan Drajat.