Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Punya Hasrat Menjadi Politisi, Anda Punya Peluang untuk Kehilangan"

Kompas.com - 16/02/2014, 11:51 WIB

Dalam buku "Selalu Ada Pilihan", SBY mengatakan pencitraan memang efektif diperlukan saat masa kampanye. Pencitraan itu bisa dilakukan di media massa, berkomunikasi langsung dengan publik atau dengan cara-cara lain.

"Tetapi sehebat-hebatnya upaya pencitraan, tidak mungkin seorang kandidat akan berhasil dan sukses dalam pemilu jika tidak memiliki modal apa-apa. Artinya harus ada yang bisa dijual. Harus ada yang bisa dipoles atau dicitrakan," katanya.

Mantan Kasospol ABRI dan Ketua Fraksi ABRI itu mengatakan, siapa pun yang punya keinginan untuk melaju menjadi presiden atau wakil presiden pada pemilu 2014 mendatang, mesti berupaya untuk menambah modal masing-masing yang berbentuk prestasi dan kemampuan.

"Modal itu bisa integritas, kapasitas dan juga aksepbilitasnya. Apabila masuk di papan atas, misalnya 10 besar, barulah melanjutkan ke pencitraan yang tepat," katanya.

SBY menegaskan,"pencitraan memang harus tepat, tidak terlalu "nganeh-nganehi", dan berlebihan, sehingga tidak justru menjadi kontra-produktif."

Jangan Janji Muluk

Presiden SBY juga mengingatkan calon pemimpin hendaknya tidak memberikan janji politik yang muluk-muluk pada konstituennya.

"Menjelang pemilu 2014 baik melalui televisi maupun billboard, ada seorang calon presiden yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji bahwa jika ia terpilih menjadi presiden pada tahun 2014 mendatang, Indonesia akan bersih dari korupsi. Kata-kata dan janji-janjinya luar biasa," kata SBY.

Ditambahkannya,"secara implisit yang bersangkutan menuding yang lain tidak bersih dan seolah hanya partai dan dirinyalah yang bersih."

Ia mengatakan, secara pribadi tidak yakin dalam sekejap Indonesia langsung bersih dari praktek korupsi saat si tokoh tadi menjabat sebagai Presiden.

"Mudah-mudahan rakyat tidak terkecoh dengan janji-janji yang amat berlebihan itu," kata SBY.

Presiden berpandangan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang konsisten dan konsekuen. Termasuk menjalankan apa yang dijanjikan pada masa kampanye pemilihan presiden.

"Bahwa jika dalam realitasnya tidak semua sasaran itu bisa dicapai karena dinamika dan perkembangan keadaan yang dihadapi, umumnya rakyat bisa memahaminya. Yang penting, sekali lagi janji-janji itu sungguh ditepati," kata Presiden.

"Saya memegang prinsip lebih baik tidak berjanji terlalu banyak, tetapi bisa menghasilkan lebih banyak. Less promise, more delivery, bukan over promise, under delivery," katanya.

Terlepas dari janji dan pencitraan yang dilakukan para calon presiden yang akan bertarung pada pilpres mendatang dan partai-partai politik yang akan berlomba dalam pemilu mendatang, semuanya harus memiliki komitmen yang tinggi atas janji kampanye dan juga keberpihakan pada rakyat.

Sebagaimana pemikiran dari Ki Ageng Suryomentaram yang dinukil oleh Goenawan Muhammad dalam tulisannya, yaitu yang menangis adalah yang berpunya, yang berpunya adalah yang kehilangan, yang kehilangan adalah mereka yang ingin.

Terkait pemikiran Ki Ageng Suryomentaram itu, Alfan mengatakan,"karena punya hasrat menjadi politisi, Anda punya peluang untuk 'kehilangan'. Kalau Anda ingin 'apa-apa', bersiaplah untuk tidak mendapatkan apa-apa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duet Budi Djiwandono-Kaesang, Gerindra Tunggu Keputusan Prabowo

Soal Duet Budi Djiwandono-Kaesang, Gerindra Tunggu Keputusan Prabowo

Nasional
Pemerintah Diingatkan, Jangan Sampai Tapera Dikorupsi seperti Asabri dan Jiwasraya

Pemerintah Diingatkan, Jangan Sampai Tapera Dikorupsi seperti Asabri dan Jiwasraya

Nasional
Komposisi Pansel Capim KPK dari Masa ke Masa

Komposisi Pansel Capim KPK dari Masa ke Masa

Nasional
Kemenlu: Tidak Perlu Spekulasi Keanggotaan OECD Indonesia Akan Diveto Israel

Kemenlu: Tidak Perlu Spekulasi Keanggotaan OECD Indonesia Akan Diveto Israel

Nasional
Jadi Ketua Pansel Capim KPK, Muhammad Yusuf Ateh Miliki Harta Kekayaan Rp 24 Miliar

Jadi Ketua Pansel Capim KPK, Muhammad Yusuf Ateh Miliki Harta Kekayaan Rp 24 Miliar

Nasional
MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Kepala Daerah, Golkar: Tak Ada Kaitan dengan Mas Kaesang

MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Kepala Daerah, Golkar: Tak Ada Kaitan dengan Mas Kaesang

Nasional
Putusan Kilat MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Tak Transparan

Putusan Kilat MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Tak Transparan

Nasional
Pemerintah Disarankan Buat Iuran Tapera Opsional, Bukan Kewajiban

Pemerintah Disarankan Buat Iuran Tapera Opsional, Bukan Kewajiban

Nasional
MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Gubernur, PDI-P: Demi Loloskan Putra Penguasa Maju, Pengkhianatan Tertinggi

MA Ubah Aturan Batas Usia Calon Gubernur, PDI-P: Demi Loloskan Putra Penguasa Maju, Pengkhianatan Tertinggi

Nasional
Kemenaker Tekankan Pentingnya Implementasi K3 di Tempat Kerja

Kemenaker Tekankan Pentingnya Implementasi K3 di Tempat Kerja

Nasional
Istana Enggan Ungkap Alasan Pilih 9 Anggota Pansel Capim KPK

Istana Enggan Ungkap Alasan Pilih 9 Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Menko Polhukam Perintahkan TNI-Polri Siapkan Alutsista Bantu Distribusi Logistik Pilkada di Papua

Menko Polhukam Perintahkan TNI-Polri Siapkan Alutsista Bantu Distribusi Logistik Pilkada di Papua

Nasional
Belajar dari Kasus Firli, Pansel Diminta Berani Coret Capim KPK Problematik

Belajar dari Kasus Firli, Pansel Diminta Berani Coret Capim KPK Problematik

Nasional
Brimob Konvoi di Kejagung, Polri Sebut Itu Patroli Rutin

Brimob Konvoi di Kejagung, Polri Sebut Itu Patroli Rutin

Nasional
Pakar: Tahapan Pilkada Sudah Dimulai, Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Tak Berlaku 2024

Pakar: Tahapan Pilkada Sudah Dimulai, Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Tak Berlaku 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com