Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2014, 09:42 WIB

KOMPAS.com - BAGI pekerja pers, adalah suatu kemewahan tersendiri apabila bertemu dengan narasumber yang didambakan, tidak disuguhi dengan acara protokoler njelimet yang memuakkan. Insan pers mengerti sedalam-dalamnya bahwa protokoler itu sangat penting bagi para pemimpin formal atau mantan pejabat pemerintahan.

Namun, jika disuruh memilih tanpa protokoler atau dengan protokoler, wartawan akan spontan berseru ”tanpa protokoler dong”.

Kemewahan itu bisa didapatkan pada Jumat (7/2/2014) lalu ketika wartawan ingin bertemu dengan Wakil Presiden 2004-2009 Jusuf Kalla alias JK.

”Sekarang pun bisa dan ditunggu apabila mau ketemu Pak JK,” ujar Yadi, salah satu asisten pribadi JK yang setia.

Ketika wartawan datang ke Kantor Pusat Palang Merah Indonesia (PMI), Jalan Gatot Subroto Kavling 96, Jakarta Selatan, JK sudah menunggu di teras lantai dua kantornya.

Ia duduk di bangku tempat menunggu untuk para tamu. Ia ramah dan hangat. Sosok semacam itu yang membuat Kantor Wakil Presiden di Jalan Merdeka dan Kebon Sirih, Jakarta, tiap hari selalu meriah dengan kehadiran para pekerja pers selama 2004 sampai 2009.

Begitu duduk, JK langsung bicara berbagai macam hal, antara lain soal banjir di sejumlah tempat di Indonesia, kemacetan dan kerusakan jalan raya di Jakarta dan beberapa lokasi di sepanjang jalan raya pantai utara (pantura) Jawa, para pengungsi bencana alam, serta pemilihan umum anggota legislatif dan presiden.

Soal pemilihan presiden, menurut JK, yang perlu dipikirkan tidak hanya mencari sosok populer, tetapi yang mampu membangun bangsa dan negeri ini setelah pemilihan tahun 2014 ini. ”Jangan ada pernyataan sombong lagi.... Masak, ada pernyataan yang mengatakan, seorang calon presiden bisa menang dalam pemilihan umum biarpun didampingi sandal jepit,” ujar JK.

”Kini kita bisa lihat, sandal jepit bisa membuat apa? Kini setelah terjadi banjir, baru kita tahu kita perlu pemimpin pemerintahan yang kuat, mampu membangun infrastruktur dan ekonomi dengan lebih cepat lagi,” kata JK.

JK pernah disamakan dengan tokoh Gajah Mada. ”Bahkan ada yang mengatakan, setelah Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit, orang nomor dua yang kini    memiliki kekuasaan besar adalah Jusuf Kalla,” begitu kata Roy BB Janis, dalam bukunya yang diterbitkan tahun 2008, Wapres: Pendamping atau Pesaing?--Peran Wakil Presiden dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia.

Kini, nama JK banyak disebut untuk calon presiden atau wakil presiden. Soal itu, JK tidak membahas. Ia lebih memilih bicara soal subsidi BBM yang bisa menjadi bom waktu pada masa mendatang. Selamat berjuang Pak JK. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com