Gebrakan yang dilakukan Partai Hanura ini perlu diakui sangatlah berani. Mendeklarasikan pasangan capres dan cawapres sejak dini mengisyaratkan tingginya kepercayaan diri; mengingat cukup tingginya ambang batas pencalonan presiden/wapres, yaitu 20 persen kursi DPR.

Langkah itu juga menggambarkan keteguhan partai, siap menang atau kalah. Tidak ingin menjadi oportunis dalam mengikuti pemilu.

Dalam wawancara, pekan lalu, Wiranto selaku Ketua Umum Partai Hanura menegaskan, langkah itu dilakukan partainya demi menghindari politik ”dagang sapi”.

”Koalisi dengan partai lain tetap merupakan keniscayaan yang akan dilakukan tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional. Masih banyak hal lain yang dapat menyatukan partai politik dalam bingkai koalisi,” katanya.

Namun, yang pasti, deklarasi dini itu merupakan strategi untuk lebih maksimal mengenalkan pasangan itu dan Hanura ke publik. Adapun deklarasi dilakukan pada Juli tahun lalu.

Ibarat pertandingan sepak bola, Partai Hanura memiliki persiapan lebih baik dari tim lainnya. Mereka jauh-jauh hari sudah menentukan formasi pemain dan taktik yang digunakan.

Gairah baru

Bergabungnya Hary Tanoesoedibjo (HT) yang menguasai media grup MNC memberikan amunisi dan darah segar bagi parpol bernomor urut 10 itu. Selain tokoh muda, lewat jaringan media yang dimiliki HT, Hanura bisa lebih gencar berpromosi.

Wiranto mengakui, peran media sangat strategis dalam memperkenalkan dan mempromosikan kandidat capres-cawapres berjuluk Win-HT itu.

Namun, serupa dengan sejumlah parpol lain yang menguasai jaringan grup media penyiaran, seperti Partai Golkar dan Nasdem, Hanura juga dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat karena dianggap beriklan kampanye di luar jadwal. Salah satu program televisi di jaringan media MNC, yaitu Kuis Kebangsaan, bahkan disebut-sebut merupakan kampanye terselubung Win-HT.

Promosi lainnya dilakukan dengan membuat huruf raksasa bertulis ”Hanura 10” sebagai ganti alat peraga di sejumlah lokasi strategis, seperti Bakauheni, Lampung; Tol Cipularang, dan Ungaran, Jawa Tengah.

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hanura Saleh Husin, berbagai iklan dan program itu bukanlah kampanye karena tidak berisi ajakan. Promosi media juga bukan strategi utama dari partainya untuk merebut kursi legislatif dan presiden di pemilu nanti. ”Kami all out turun langsung ke masyarakat. Baik Pak Wiranto, HT, caleg, dan pengurus aktif turun melakukan bakti sosial dan kegiatan di masyarakat,” ujarnya.

Tidak ketinggalan, Partai Hanura juga memanfaatkan dunia populer, yaitu sepak bola, untuk lebih memperkenalkan partai ke publik, khususnya pemilih muda. Turnamen sepak bola Win-HT Cup pun digelar. Menurut Wiranto, 10 adalah nomor hoki. Di sepak bola, 10 itu nomor legendaris. Nomor punggung para jawara, seperti Lionel Messi, Pele, dan Diego Maradona.

Berbekal strategi itu, keduanya optimistis Hanura mampu bicara banyak dalam pemilu nanti. Hasil survei Kompas terhadap elektabilitas partai politik memang menunjukkan ada peningkatan tingkat keterpilihan yang luar biasa dari Hanura. Bila dalam survei yang digelar Desember 2012, Partai Hanura hanya punya elektabilitas 0,5 persen, maka pada Desember 2013, elektabilitasnya meningkat hingga 6,6 persen.

”Targetnya perolehan suara dua digit dan minimal tiga besar sehingga akan memudahkan jalan kami mengusung Win-HT sebagai capres-cawapres,” tutur Saleh Husin.

Apabila terpilih sebagai presiden pun, ia akan mengutamakan menteri dari kalangan teknokrat dan profesional. ”Koalisi yang benar itu, ya, dengan rakyat. Ini agar kebijakan yang dibuat bisa prorakyat, pro-poor,” tutur Wiranto.
(Yulvianus Harjono/Khaerudin)