“Depertemen Kehutanan, Pak,” jawab pejabat di bidang prasarana tersebut.
JK langsung mengontak pejabat Departemen Kehutanan dan tidak memberi sedikit pun kesempatan untuk menolak program JK, membangun jalan layang di kawasan banjir tersebut.
“Kalau itu kawasan lindung dan tidak boleh dipakai hanya untuk jalan layang, maka sekarang juga, demi kepentingan negara dan bangsa, jadikan itu sebagai kawasan yang bisa dipakai. Kalau ada aturan yang melarangnya, maka segera ubah aturannya. Ini soal krisis yang harus ditangani sekarang juga. Pokoknya, saya tidak mau tahu, kawasan banjir di Cengkareng, harus dihindari. Caranya, saya mau bangun jalan layang di sana,” tegas JK.
“Lagi pula, kalau itu kawasan lindung, mengapa banyak bangunan gudang, perumahan, dan bahkan ada hotel tidak jauh dari pusat banjir. Mengapa itu semua diperbolehkan padahal itu kan sumber banjir yang ada,” tegas JK.
Wapres tidak hanya berhenti pada rencana dan perintah. Ia langsung melakukan tindakan dengan cara menunjuk langsung sebuah BUMN yang bergerak di bidang kontruksi jalan. Soal Kepres pengadaan dan pelelangan, itu bisa kita pakai kalau kondisi normal. Sekarang ini, sangat tidak normal, pikir JK.
Nah, kurang dari setahun, jalan layang di kawasan banjir, dari dan ke bandara Soekarno-Hatta telah terpakai. Banjir yang menghambat penerbangan tiap tahun, tinggal sebagai kenangan.
Sumber : jusufkalla.info
*Kisah ini diambil dari buku “Solusi JK: Logis, Spontant, Tegas dan Jenaka”, ditulis oleh Hamid Awaludin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.