Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Jilbab Polwan, Wakapolri: Gitu Aja Kok Repot...

Kompas.com - 05/12/2013, 19:50 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakapolri Komisaris Jenderal Oegroseno menilai, persoalan moratorium penggunaan jilbab bagi polwan tak perlu dibesar-besarkan. Ia pun tak ingin ambil pusing dengan rencana penundaan tersebut, lantaran yang terpenting saat ini adalah membuat regulasi yang mengatur penggunaan jilbab tersebut.

Kendati demikian, ia mengatakan, jika para polwan tetap bersikukuh ingin menggunakan jilbab, dapat meminta kepada atasannya agar sementara diperbantukan di bawah kendali operasi (BKO) Polda Aceh. Pasalnya, Aceh sudah memiliki aturan yang mengatur penggunaan jilbab bagi para polwan.

"Polisi ada istilah BKO. Misalnya saya kalo enggak pakai jilbab enggak bisa tidur, mereka tidak dipindahkan cuma BKO saja yang sifatnya sementara, untuk merasakan pakaian tadi," katanya di Mabes Polri, Kamis (5/12/2013).

BKO tersebut, lanjut Oegroseno, dapat bersifat sementara hingga regulasi pengguaan jilbab bagi polwan diatur. Kemudian, setelah aturan tersebut dibentuk, para polwan yang sebelumnya berdinas di Aceh dapat meminta untuk kembali ke satuan tugas asalnya.

Lebih lanjut, ia mengakui, bukanlah sebuah perkara mudah mengatur regulasi penggunaan jilbab tersebut. Pasalnya, regulasi itu tak hanya mengatur penggunaan jilbab, tetapi juga mengatur tata cara penggunaan seragam khusus jilbab. Untuk itu, ia menyarankan kepada para polwan yang ingin segera menggunakan jilbab untuk pindah ke Polda Aceh.

"Kita bikin yang enak, gitu aja kok repot. Jadi jangan dibuat susah," katanya singkat.

Sementara itu, menanggapi kritik dari sejumlah pihak yang menganggap Polri kurang serius dalam menangani persoalan jilbab, Oegroseno hanya menjawabnya dengan santai. Kendati demikian, ia mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan masyarakat selama ini.

"Kalau saya dikritisi, ya sekarang itu kan polisi banyak yang kayak peragawan atau peragawati. Selalu dikritisi dan yang mengkritisi yang menang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com