Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Diselamatkan dengan Kucuran Dana Rp 6,7 Triliun Century?

Kompas.com - 04/12/2013, 12:24 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus dugaan penyimpangan dalam pengucuran dana bailout Bank Century hingga kini masih menjadi misteri. Dana sebesar Rp 6,7 triliun yang dikucurkan negara kepada Bank Century diyakini bukan untuk menyelamatkan bank itu dari ancaman penutupan bank saat krisis tahun 2008.

Seusai diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Boediono, yang ketika itu menjabat Gubernur Bank Indonesia, menyebutkan, penyelamatan Century ketika itu adalah pengambilalihan, bukan bailout. Mengapa tiba-tiba kebijakan itu berubah?

Ekonom Dradjad Wibowo menjelaskan, ada dua mekanisme penyelamatan bank gagal berdampak sistemik. Pertama adalah over bank assistance (OBA) atau yang dikenal dengan bailout.

Kompas/Lucky Pransiska Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Drajad Wibowo (tengah) dan Sekretaris Jenderal PAN Taufik Kurniawan menyerahkan daftar calon sementara anggota legislatif ke Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Senin (22/4). Hari terakhir penyerahan DCS, delapan partai politik menyerahkan daftar nama calon sementara anggota legislatif kepada KPU untuk diverifikasi.
Pengucuran dana bailout ini mensyaratkan pemegang ikut bertanggung jawab, yakni sebesar 20 persen dari dana pinjaman yang dikeluarkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sebanyak 80 persen ditanggung LPS. Namun, konsekuensinya deposan Bank Century tidak bisa menarik dananya. Mekanisme kedua adalah pengambilalihan bank oleh LPS tanpa melibatkan pemegang saham.

Untuk mekanisme penyelamatan ini, deposan Bank Century bisa menarik dananya. Yang terjadi, kata Dradjad, Bank Century diambil alih tanpa melibatkan Robert Tantular. Hal senada juga disampaikan Boediono beberapa waktu lalu.

Aneh

Dradjad menilai, keputusan pemerintah dengan melakukan pengambilalihan sangat janggal. Sebab, Robert sudah menyanggupi membayar 20 persen pinjaman dengan asumsi Bank Century hanya butuh pinjaman sebesar Rp 1,3 triliun. Dradjad menduga, dana penyelamatan Bank Century dinaikkan berkali-kali lipat hingga mencapai angka Rp 6,7 triliun sehingga Robert tidak mampu untuk membayarnya. Alhasil, Bank Century pun akhirnya diambil alih oleh LPS. Mengapa LPS justru menaikkan dana bailout menjadi Rp 6,7 triliun?

Ia menduga, ada "permainan" di balik pengucuran dana penyelamatan itu. Menurut Dradjad, sejak awal, dana Rp 6,7 triliun itu memang bukan untuk menyelamatkan Bank Century.

Menurut Dradjad, motif pengucuran dana itu diduga hanya untuk menyelamatkan deposito pengusaha asal Jawa Timur, Budi Sampoerna, yang nilainya mencapai Rp 2 triliun di Bank Century. Dana Rp 6,7 triliun dianggap cukup untuk mengembalikan deposito Budi.

"Uang Rp 6,7 triliun itu sangat terlihat hanya untuk mengeluarkan dana Budi Sampoerna," ucap Dradjad.

Pertanyaan pun kemudian muncul, seberapa kuat pengaruh Budi (kini almarhum) sehingga mampu membuat negara mengeluarkan dana sedemikian besar hanya untuk membantu mengeluarkan dananya di Bank Century?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com