Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Kapal Tua di AL

Kompas.com - 22/11/2013, 07:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Secara strategis, tenggelamnya KRI Teluk Peleng dinilai tidak signifikan karena kapal tersebut bukan kapal kombatan dan usianya yang tua. Namun, kasus itu menjadi cermin bahwa di jajaran TNI Angkatan Laut banyak kapal yang sudah tua, yang kekuatannya tidak dapat dioptimalkan, serta membutuhkan biaya perawatan tinggi.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati, Kamis (21/11/2013), mengatakan, secara alamiah, kapal yang telah berusia tua kekuatan perangnya sudah berkurang. KRI Teluk Peleng, misalnya, sebatas digunakan untuk mengirim logistik. Karena itu, tenggelamnya kapal itu tidak terlalu signifikan dalam konteks kekuatan perang TNI AL.

”Kecuali kalau kapal-kapal ujung tombak seperti kelas Sigma, nah itu masih punya efek gentar,” kata Untung.

Hal senada dikatakan pengamat militer, Al Araf, yang mengutip data di buku Postur Pertahanan di mana ada sekitar 40 persen kapal yang dioperasikan TNI AL saat ini adalah kapal tua. Banyak kapal tua itu sebenarnya tidak layak dijalankan.

KRI Teluk Peleng adalah salah satu dari 39 kapal asal Jerman Timur yang dibeli Indonesia dalam kondisi bekas tahun 1993. Kapal itu dibuat sekitar tahun 1978, yang berarti usianya sudah 35 tahun. ”Mulai usia di atas 10 tahun, combat power kapal perang mengalami degradasi,” kata Untung.

Untung menyoroti, kapal tua membutuhkan biaya perawatan yang berlipat ganda dibandingkan dengan kapal baru. Meski demikian, sesuai kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Kekuatan Pokok Minimum pada tahun 2014, kapal tersebut masih dipergunakan dan dalam proses menunggu giliran untuk ditiadakan.

Untung membantah kasus tenggelamnya kapal KRI Teluk Peleng itu menunjukkan buruknya perawatan kapal TNI AL. Ia mengatakan, dalam dunia AL internasional, sebuah kapal yang telah berusia 35 tahun dan masih dipakai adalah bukti bagusnya perawatan. Contoh lain adalah KRI Dewa Ruci yang telah berusia 60 tahun dan masih beroperasi. ”Kapal-kapal layar angkatannya sudah habis di seluruh dunia,” kata Untung.

Namun, banyak kapal tua segera diganti, seperti KRI Teluk Peleng yang tenggelam itu. Sekitar 15 persen dari 150-an KRI yang memperkuat TNI AL dibuat sesudah tahun 2000 dan akan terus diperbanyak.

”KRI Teluk Peleng kekuatan tempurnya tinggal 30 persen. Kalau tidak tenggelam dalam hitungan lima tahun ke depan sudah akan dikeluarkan dari inventory TNI AL,” kata Untung. Kapal terbaru TNI AL itu dibuat di Belanda, Korea Selatan, dan beberapa galangan dalam negeri.

Menurut Al Araf, penting untuk menginvestigasi mendalam untuk mengetahui sebab tenggelamnya KRI Teluk Peleng. Namun, kalau melihat dari segi umurnya, pemerintah seharusnya mengadakan penguatan TNI AL, khususnya kapal perang dengan modernisasi persenjataan.

Menurut pengamat perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Daniel Rosyid, berbagai sebab bisa mengakibatkan tenggelamnya KRI Teluk Peleng.

”Kapal perang dengan bentuk lambung V kurus untuk bermanuver cepat, biasanya lebih jelek daripada lambung kapal niaga yang berbentuk U yang bergerak lambat. Titik berat kapal perang cenderung tinggi karena berat peralatan tempur ada di geladak. Jika kebocoran terjadi di lambung kapal mestinya tidak sampai tenggelam jika syarat panjang kebocoran dipenuhi,” katanya.

Investigasi menyeluruh

Di Badung, Bali, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan akan mengenakan sanksi terhadap komandan kapal KRI Teluk Peleng jika hasil investigasi menunjukkan kesalahan manusia sebagai penyebab. Moeldoko menyatakan, penyelidikan atas karamnya KRI Teluk Peleng masih berlangsung. ”Kami investigasi menyeluruh,” kata Moeldoko. (EDN/ONG/COK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Jemaah Haji Diimbau Tidak Umrah Sunah Berlebihan, Masih Ada Puncak Haji

Nasional
Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Polisi Arab Saudi Tangkap 37 WNI Pakai Visa Ziarah untuk Berhaji di Madinah

Nasional
Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com