Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nudirman: Kalau Jadi Ruhut, Saya Pilih Mundur daripada Malu Nanti

Kompas.com - 20/09/2013, 15:58 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Nudirman Munir menyarankan Ruhut Sitompul menolak jabatan yang diberikan oleh Fraksi Partai Demokrat untuk menjadi Ketua Komisi III menggantikan Gede Pasek Suardika. Menurut Nudirman, penolakan Ruhut akan lebih baik ketimbang diboikot dan menimbulkan malu setelahnya.

Nudirman menuturkan, meski Fraksi Demokrat telah memutuskan Ruhut menggantikan Pasek menjadi Ketua Komisi III, tetapi pada akhirnya keputusan anggota Komisi III yang akan menentukan. Bila tak dapat ditempuh dengan musyawarah, jalan akhirnya adalah voting.

"Voting itu individu (anggota) Komisi III, bukan fraksi. Kalau saya jadi dia, saya mundur. Nanti voting kalah suara, mau dikemanakan mukanya dia (Ruhut)," kata Nudirman, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat (20/9/2013).

Politisi Partai Golkar ini membeberkan, dirinya khawatir insiden yang menimpa Gayus Lumbuun akan terjadi juga oleh Ruhut. Kala itu, mayoritas fraksi di DPR menolak Gayus menjadi Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR, dan akhirnya Gayus digantikan oleh M Prakosa yang sama-sama dari PDI Perjuangan.

Nudirman sadar bahwa penunjukan Ruhut merupakan wewenang penuh Fraksi Demokrat. Akan tetapi, secara individu, anggota Komisi III juga memiliki hak untuk menolaknya.

"Beberapa fraksi kuat menolak (Ruhut). Mendingan tolak saja, mundur, daripada pemboikotan. Nanti bahaya kalau (anggota) diundang sidang tapi tidak datang, akhirnya tidak rapat-rapat," tandasnya.

Seperti diketahui, Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan dan Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf sudah menandatangani surat penunjukan Ruhut sebagai Ketua Komisi III. Surat pun sudah dilayangkan ke pimpinan DPR.

Namun, pergantian Ruhut hanya menunggu serah terima jabatan (sertijab) yang masih belum diketahui waktunya. Sebelum sertijab dilakukan, Ruhut seharusnya masih aktif sebagai anggota Komisi III DPR dan menjalani tugasnya sebagai anggota Dewan.

Gede Pasek Suardika dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Komisi III DPR karena terkait dengan keputusannya menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dikomandoi Anas Urbaningrum. Beberapa anggota Komisi III menolak Ruhut menjadi Ketua Komisi III. Alasannya karena dianggap tak memiliki kemampuan.

Menanggapi hal itu, Fraksi Demokrat berharap semua pihak menghormati keputusan yang diambil dan meminta agar Ruhut diberi kesempatan memimpin komisi yang membidangi masalah hukum, perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com