Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Veteran Pejuang tentang Indonesia Kini

Kompas.com - 17/08/2013, 14:43 WIB
Ariane Meida

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Di ruangan sekretaris Gedung Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) tampak Daslan (81), veteran pejuang kemerdekaan RI, yang tengah sibuk membereskan arsip-arsip.

Pada masanya, Daslan merupakan salah satu pemuda yang terlibat dalam pemberontakan Jawa Timur menghadapi tentara sekutu dari Inggris dan tentara bayarannya, Gurkha.

Daslan sebenarnya telah pensiun dari jabatannya sebagai polisi militer di Guntur, Menteng Dalam, Jakarta Pusat, pada tahun 1980. Namun, hingga kini, ia masih mengabdi di LVRI.

Daslan mengaku masih duduk di kelas 4 SD ketika mulai berjuang. Anak-anak muda sepantarannya, bersama bekas anggota Peta dan Heiho di Surabaya, memberontak tentara sekutu dengan semangat membara. Namun, persenjataan mereka hanyalah senjata hasil rampasan, bambu runcing, keris, atau golok.

Ia mengisahkan, pada 10 November 1945, pihak sekutu melaksanakan ultimatumnya, yang disampaikan Komandan Tentara Sekutu, Jenderal EC Mansergh, pada tanggal 9 November 1945. Seluruh armada darat, laut, dan udara dikerahkan untuk menggempur Surabaya. Daslan bersama arek Surabaya lainnya kalah daya. Mereka terus terdesak mundur ke luar daerahnya.

"Saya ikut berjuang karena rasa simpatik atas seruan dari pimpinan pemuda yang disuarakan oleh Bung Tomo. Tergerak, setiap anak muda pasti bergerak. Nanti mati, kek, nanti dapat apa, kek, yang penting merdeka!" kata Daslan, menjelaskan alasannya ikut menjadi pejuang kemerdekaan RI saat dijumpai di LVRI DKI Jakarta, Jumat (2/8/2013).

Setelah 68 tahun merdeka, sebagai pejuang, Daslan memiliki kesan tersendiri tentang Indonesia saat ini.

"Menurut pandangan saya, sebagian masyarakat Indonesia (saat ini) telah ingkar atau sudah melenceng dari nilai perjuangan tahun 1945," ujar Daslan.

Daslan mengenang, dulu perjuangan Indonesia berkobar dengan semangat mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Kini, hal tersebut seperti terkubur oleh semangat menimbun kekayaan.

"Karena perjuangan tahun 1945 itu sendiri dengan semboyan tidak mementingkan kepentingan diri, tapi kepentingan umum yang diutamakan, didahulukan. Tapi, kalau sekarang ini kepentingan pribadi dan kelompok. Akibatnya, bersaing dalam arti hanya untuk kekuasaan atau wewenang saja, bahkan larinya masuk ke harta kekayaan, material," kata Daslan.

Akar permasalahan ini, menurut Daslan, adalah paham demokrasi yang diterima sebagai landasan berpolitik bangsa Indonesia, tanpa reaksi kritis terhadap substansi dan penerapannya.

"Saya setuju dengan demokrasi, tapi kalau demokrasi yang bersifat liberal saya tidak setuju. Kalau boleh saya sebut sekarang ini sangat liberal sehingga rambu-rambu dari aturan itu banyak dilanggar," jelas Daslan.

Demokrasi ber-Pancasila

Dalam pandangan Daslan, liberalisme ini justru membuat warga Indonesia keliru dalam bersikap di ranah politik dan sosial Indonesia. Pasalnya, liberalisme belum tepat diterapkan mengingat kondisi Indonesia yang sebagian besar warganya masih membutuhkan pertolongan ekonomi dan politik.

Saat ini, menurutnya, generasi muda tak lagi menjadikan para pendiri bangsa sebagai pedoman agar semangat berbangsa tidak keropos dirongrong invansi kebudayaan asing.

Akibatnya, banyak pengusaha mengorbankan rakyat demi keuntungan pribadi, banyak pejabat yang semangatnya bukan sebagai pelayan rakyat tetapi korupsi, dan banyak anak muda yang kini tidak peduli terhadap norma kesopanan dan kepatuhan kepada orangtua. Pria lulusan Lembaga Pengetahuan Umum (setara SMA) ini mendambakan dasar politik Indonesia kembali berpanutan pada demokrasi Pancasila.

"Jadi, kalau orang-orang seperti bapak ini mengakui demokrasi sebagai sifat kenegaraan kita, tapi harus demokrasi Indonesia. Demokrasi seperti apa, demokrasi yang ber-Pancasila, yang mau diatur, jangan asal. Bahwa ucapan-ucapan yang bisa menyinggung dan bisa menghina harus diatur, harus tahu etik, toto kromo, itulah orang Indonesia," kata Daslan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com