Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Belum Lihat Bom Ekayana Terkait Rohingya

Kompas.com - 05/08/2013, 12:45 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Aparat kepolisian sampai saat ini masih menyelidiki kasus ledakkan yang terjadi di Vihara Ekayana Arama, Minggu (4/8/2013) malam. Polri belum melihat adanya kaitan antara bom Ekayana dengan aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar.

"Polri tentunya melihat dari fakta, dan fakta itu masih dikaji," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie di Mabes Polri, Senin (5/8/2013).

Saat ditanya tentang adanya tulisan 'Kami Menjawab Jeritan Rohingya' pada salah satu paket yang meledak, Ronny mengaku belum belum mendapat informasi itu.

"Sampai saat ini, tim yang mengolah belum bisa mengumumkan apakah ada tulisan. Masih didalami bukti-bukti yang akurat," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Vihara Ekayana Arama, Bhiksu Arya Maitri Mahatera mengatakan, berdasarkan rekaman CCTV, pembawa bom adalah pria berusia di bawah 30 tahun, berkacamata, bertubuh kurus, membawa tas selempang, dan menggunakan baju putih.

"Orang tersebut masuk ke lingkungan Vihara Ekayana. (Kemudian) masuk ke dalam seakan-akan seperti umat Buddha di sini, langsung menaruh bungkusan di rak sepatu dan di tempat sembahyang," katanya, Senin (5/8/2013).

Setelah menaruh bungkusan tersebut, kata Arya, orang tersebut lalu keluar dan lantas pergi. Saat itu sekitar pukul 18.50 WIB, beberapa saat jelang ledakan. Diperkirakan umat yang saat itu sedang melaksanakan kebaktian berjumlah 200-300 orang.

"Saat selesai kebaktian, umat tidak lantas keluar, jadi terhindar dari ledakan," ungkap Arya.

Seperti diberitakan, dua paket bahan peledak diletakkan di sekitar area Vihara Ekayana Arama, Minggu malam. Satu paket berhasil meledak, sementara satu paket gagal meledak dan hanya mengeluarkan asap.

Sebanyak tiga orang mengalami luka ringan dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Peristiwa ledakan ini terjadi tak lama setelah kebaktian malam berakhir. Polri hingga kini masih mengusut motif dan pelaku aksi teror ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com