"Mereka mengatakan untuk mengawasi jalannya pertandingan itu, Polri menurunkan 100 personel tentara Angkatan Darat, 200 personel aparat kepolisian, 100 personel Brimob, dan dari Dalmas Polres Nabire 100 orang, itu tidak benar. Aparat baru hadir setelah korban berjatuhan," ujar Elias.
"Dari Kapolri, Menko Polhukam, dan Polda Papua, alasan mereka ada aparat, tapi massa terlalu banyak sehingga tidak mampu mengendalikan konflik yang terjadi, padahal memang tidak ada yang mengawasi pertandingan itu," ujar Elias.
Elias melanjutkan, keluarga korban turut menyesalkan kelalaian aparat kepolisian karena biasanya sekecil apa pun acara di Nabire selalu dijaga ketat oleh petugas. Namun, pada malam final tinju yang dihadiri Bupati Kabupaten Nabire bersama istrinya itu, tidak terlihat petugas kepolisian yang berjaga.
"Kami juga meminta Kapolri dan Menko Polhukam untuk meminta maaf kepada keluarga korban dan seluruh rakyat Papua atas pembohongan karena ternyata (pernyataan) mereka tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan," tandasnya kemudian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.