Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Nurhayati "Todong" Tifatul Sembiring...

Kompas.com - 05/06/2013, 15:52 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Demokrat paling "gerah" dengan manuver mitra koalisinya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang bersikap menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sikap PKS ini berbeda dengan kesepakatan Sekretariat Gabungan yang satu suara mendukung kebijakan pemerintah itu.

Sebelumnya, PKS juga melontarkan ancaman akan keluar dari koalisi karena merasa tak cocok dengan gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Umum Partai Demokrat. Entah karena sudah terlalu "geram", politisi Demokrat Ruhut Sitompul pun menyebut PKS sebagai partai yang bandel. Ia meminta agar PKS dikeluarkan dari barisan koalisi.

Yang paling menohok adalah ungkapan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf. Nurhayati yang saat ini menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat menganggap PKS sebagai partai munafik karena bermuka dua dan inkonsisten. Ia juga pernah meminta elite partai tersebut untuk malu dan segera mengeluarkan sikap tegas.

"Kita harus menjaga budaya malu, menteri yang tidak sepakat, mundur, supaya tidak membebani Presiden. Kalau (partainya) sudah tidak sepaham sebaiknya mundur," kata Nurhayati, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (5/6/2013).

Secara kebetulan, beberapa saat setelah Nurhayati mengeluarkan kata-kata itu, muncul Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring yang saat itu tengah rehat dari rapat dengar pendapat bersama Komisi I DPR. Tifatul adalah Anggota Majelis Syuro PKS.

Sebagai Menkominfo, Tifatul dan Nurhayati bermitra di Komisi I DPR. Saat bertatap muka, keduanya tampak canggung. 

Nurhayati seperti tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia menyapa Tifatul dengan memberi kabar bahwa dirinya saat ini sudah tidak lagi bertugas di Komisi I.

"Oh, baru mau saya ajak ke Malang (untuk tugas)," kata Tifatul merespons kabar kepindahan Nurhayati ke Komisi VIII.

Dalam pertemuan tak terduga itu, Tifatul juga lebih banyak menghindar dari para wartawan. Ia menolak menjawab pertanyaan dengan alasan tidak mengetahui perkembangan terkini.

"Begini Pak, ini teman-teman (wartawan) suka nanya. Menurut saya, nasib PKS bukan ditentukan oleh pemerintah, tapi oleh PKS itu sendiri. Iya kan, Pak?" todong Nurhayati kepada Tifatul.

Apa jawaban Tifatul? Ia tak menjawab apa pun dan hanya tersenyum. Sesaat kemudian, Tifatul memilih masuk ke ruang istirahat untuk menikmati sajian makan siang. Tak mendapatkan jawaban dari Tifatul, Nurhayati pun berlalu.

Jadi, siapa yang akan menentukan nasib PKS?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com