Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Nonmigas Terus Meningkat

Kompas.com - 05/06/2013, 02:51 WIB

Jakarta, Kompas - Defisit perdagangan secara kumulatif Januari-April 2013 sebesar 1,85 miliar dollar AS didorong defisit perdagangan minyak dan gas bumi.

Meski begitu, kinerja sektor nonminyak dan gas bumi meningkat. Permintaan ekspor nonminyak dan gas bumi terus tumbuh.

Ekspor nonminyak dan gas bumi (nonmigas) naik 1,7 persen atau senilai 12,3 miliar dollar AS. ”Terjadinya defisit perdagangan nasional selama Januari-April 2013 ini disebabkan oleh defisit perdagangan sektor migas mencapai 4,6 miliar dollar AS, serta ditekan oleh menurunnya surplus perdagangan nonmigas dari 3,1 miliar dollar AS menjadi 2,7 miliar dollar AS,” kata Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Jakarta, Selasa (4/6).

Transaksi perdagangan khusus pada April 2013, juga masih belum menggembirakan. Total defisit neraca perdagangan dalam sebulan mencapai 1,6 miliar dollar AS, yang dipicu defisit perdagangan migas 1,2 miliar dollar AS dan nonmigas minus 407,4 juta dollar AS.

Pada kesempatan itu, Gita juga mengapresiasi keberhasilan sektor nonmigas meningkatkan permintaan barang produksi nasional dari luar negeri. Ekspor nonmigas naik 1,7 persen atau senilai 12,3 miliar dollar AS.

Dari data Kementerian Perdagangan, volume ekspor nonmigas meningkat 13,1 persen. Beberapa produk yang permintaannya meningkat antara lain sawit, karet, mesin, batubara, produk kimia, kertas, dan barang-barang rajutan.

Gita merinci 10 negara tujuan ekspor dengan nilai terbesar yakni China sebesar 6,8 miliar dollar AS, Jepang 5,4 miliar dollar AS, dan India 5 miliar dollar AS.

Berikutnya Singapura 4,4 miliar dollar AS, Amerika Serikat 3,8 miliar dollar AS, Korea Selatan 2,5 miliar dollar AS, Thailand 1,8 miliar dollar AS, adapun Filipina dan Taiwan masing-masing 1,3 miliar dollar AS. Sepuluh pasar ekspor utama tersebut berkontribusi 69,3 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia.

Adapun negara-negara mitra dagang yang berkontribusi terhadap surplus perdagangan nonmigas Indonesia, yaitu India, AS, Belanda, Filipina, Singapura, Malaysia, Turki, Spanyol, Mesir, dan Pakistan. ”Sepuluh negara tersebut menyumbang surplus 9,6 miliar dollar AS terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Badan Pusat Statistik mencatat transaksi perdagangan pada April 2013 defisit 1,62 miliar dollar AS. Defisit terjadi secara kumulatif dari Januari-April 2013 sebesar 1,85 miliar dollar AS.

Defisit 1,62 miliar dollar AS pada April 2013 terjadi karena impor lebih tinggi, atau sebesar 16,31 miliar dollar AS. Adapun ekspor hanya 14,7 miliar dollar AS. Ekspor pada April 2013 turun 2,18 persen dibandingkan ekspor Maret 2013.

Perkuat struktur industri

Sementara itu, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung ditemui seusai memberikan kuliah umum bertema ”Ekonomi Kesejahteraan” di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (4/6), menegaskan, satu-satunya upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi defisit perdagangan dalam jangka pendek adalah mengurangi atau menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM). Upaya jangka panjangnya, pemerintah perlu memperkuat akar industri terutama di sektor baja dan petrokimia.

”Lebih baik lagi kalau semua subsidi dalam bentuk barang dihapuskan karena pelaksanaannya selalu bias,” katanya.

Menurut Chairul, defisit perdagangan terjadi karena Indonesia tidak memiliki industri yang berakar kuat di hulu. Impor bahan baku terpaksa dilakukan dan jumlahnya terus bertambah karena konsumsi domestik meningkat. Dengan memperkuat industri baja, petrokimia, dan segala turunannya, impor bahan baku tidak diperlukan lagi.

Pola ekspor dalam bentuk bahan mentah juga menjadi penyebab lainnya. Masalah ekonomi global menyebabkan harga komoditas turun dan otomatis nilai ekspor menurun meski volumenya meningkat. ”Jangan lagi ekspor bahan mentah, tetapi sudah harus diberi nilai tambah,” kata Chairul. (MAS/DEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com