Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eva: Tetap Terima "Award", Presiden Permalukan Diri Sendiri

Kompas.com - 31/05/2013, 13:17 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tetap menerima penghargaan World Statesman Award dari organisasi Appeal of Conscience Foundation (ACF) dinilai telah mempermalukan pribadi SBY dan rakyat Indonesia. Award tetap diterima meski penuh kontroversi.

"Presiden mempermalukan diri sendiri dan rakyat," kata anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Eva Kusuma Sundari melalui pesan singkat, Jumat (31/5/2013).

Eva mengatakan, award tersebut bertolak belakang dengan prestasi konkret SBY dalam pengembangan toleransi selama 8 tahun terakhir. Toleransi malah semakin memburuk jika melihat berbagai tindakan intoleransi terhadap kelompok minoritas.

Ia menyinggung tindakan intoleransi yang diterima jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, jamaah Syiah di Sampang, Ahmadiyah di berbagai daerah, dan korban lainnya. Mereka, kata Eva, tidak bisa menikmati hak-hak konstitusional untuk beribadah hanya karena posisi mereka sebagai kelompok minoritas.

"Sayang tangisan dan tuntutan para korban tidak digubris Presiden karena tampaknya Presiden ingin mendapat award bagi dirinya karena jelas tidak akan membawa perubahan situasi toleransi di Tanah Air," kata politisi PDI Perjuangan itu.

Eva juga mempertanyakan kredibilitas ACF karena ternyata tidak mampu menjual tiket acara. Akibatnya, informasi yang diterima Eva, staf KBRI direpotkan karena harus berperan sebagai sales acara tersebut.

"Sayangnya tidak mendapat respons positif. Ini tentu membuat prihatin kita semua karena upacara pemberian award itu jadi tontonan yang tidak menarik," kata Eva.

"Sepatutnya Presiden introspeksi untuk menerima award atas dasar prestasi dan kinerja konkret. Pembelajaran penting adalah Presiden harus melakukan kompensasi atas insiden award itu dengan melakukan terobosan penyelesaian masalah yang sedang dinanti para korban."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com