Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Herman Khaeron Tak Mau Disebut Anggota DPR Pembolos

Kompas.com - 16/05/2013, 13:19 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Demokrat Herman Khaeron menolak jika disebut salah satu anggota Dewan yang hobi membolos rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Herman, namanya bisa masuk dalam daftar anggota Dewan yang tingkat kehadirannya rendah akibat tugas ke luar negeri.

Berdasarkan data Badan Kehormatan BK, presensi Herman hanya 25 persen di rapat paripurna selama masa sidang II tahun sidang 2012-2013 (19 November-14 Desember 2012).

Herman bercerita, ketika rapat paripurna tanggal 11, 13, dan 14 Desember 2012 , ia tengah berada di Cina dalam rangka kunker Komisi IV DPR. Kunker itu, kata dia, sudah mendapat izin dari Ketua Fraksi Demokrat, Ketua Umum DPP Demokrat, sampai pimpinan DPR.

"Kalau dikatakan bolos, salah. Yang benar kita sedang kunker. Itu pun tugas kedewanan," kata Herman, di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

Herman mengaku sudah meminta klarifikasi BK. Ia pun tidak protes lantaran BK sudah memberi keterangan bahwa ketidakhadirannya karena izin kunker. Namun, akibat pemberitaan, Herman merasa agak sulit memperbaiki citra di masyarakat.

"Kalau soal kerajinan, di Komisi IV saya paling rajin. Paling penting kan rapat di komisi, subtansinya jauh lebih penting. Paripurna hanya pengambilan keputusan bersama. Tapi saya tidak anggap rapat paripurna tidak penting. Kalau rapat di komisi itu bisa tiga hari tiga malam," katanya.

Sekretaris Fraksi Demokrat Saan Mustopa berharap BK membuka data presensi sidik jari. Data presensi manual yang dibuka BK, kata dia, bisa saja hasil manipulasi. Anggota Dewan bisa meminta orang lain untuk menandatangani daftar hadir.

"Kalau data finger print dibuka, pembolos-pembolos sesungguhnya bisa ketauan. Data sidik jari kan enggak bisa dibohongi. Buka aja data mulai dari finger print dipasang. Nanti kelihatan di setiap masa sidang siapa yang sering bolos. Kalau sekarang kan ada yang merasa rajin, tapi kebetulan pada masa sidang itu dia enggak bisa datang," kata Saan.

"Jadi sia-sia kalau data finger print enggak dibuka. Tujuan presensi sidik jari kan untuk membuat anggota Dewan lebih disiplin. Kalau udah dibeli, dipakai, tapi enggak dibuka buat apa juga? BK juga harus konsisten membuka data, enggak perlu ada desakan publik," kata anggota Komisi III DPR itu.

Ikuti berita terkait dalam topik:
Wakil Rakyat Kok Pembolos!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

    195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

    Nasional
    Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

    Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

    Nasional
    Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

    Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

    Nasional
    Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

    Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

    Nasional
    Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

    Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

    Nasional
    Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

    Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

    Nasional
    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    Nasional
    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Nasional
    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

    Nasional
    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    Nasional
    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Nasional
    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Nasional
    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com