Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konvensi Demokrat Semakin Diragukan

Kompas.com - 19/04/2013, 10:57 WIB
Winarto Herusansono,
Marcellus Hernowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keseriusan Partai Demokrat untuk menggelar konvensi yang jujur dan transparan guna memilih bakal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung dalam Pemilihan Umum 2014 semakin diragukan. Pasalnya, sampai sekarang belum juga dibuat aturan tentang konvensi yang menurut rencana dimulai Juni ini.

Menurut pengajar Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, konvensi yang akan digelar Partai Demokrat tidak perlu dipertentangkan dengan AD/ART partai yang menyatakan capres dan cawapres ditentukan Majelis Tinggi. ”Caranya, dilakukan penjaringan secara terbuka melalui survei atau mekanisme tertentu. Tiga besar hasil penjaringan lalu diserahkan oleh Majelis Tinggi Partai Demokrat,” ujar Andrinof di Jakarta, Kamis (18/4/2013).

Namun, dia pesimistis harapannya itu dapat terwujud. ”Pelan-pelan, yang makin kelihatan (dari wacana konvensi) adalah akal-akalan untuk menaikkan elektabilitas partai. Jika demikian, ujungnya bisa blunder untuk Partai Demokrat,” ujarnya.

Sebastian Salang dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia juga menduga konvensi Partai Demokrat akan dilakukan setengah hati, hanya pencitraan untuk menaikkan elektabilitas. Terbukti Partai Demokrat masih bingung dengan formatnya.

Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Nurhayati Ali Assegaf di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, menuturkan, gagasan konvensi pertama kali dilontarkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Partainya memang belum merumuskan mekanisme konvensi tersebut. ”Kami masih menunggu aturan atau rumusannya,” katanya.

Jumat ini, Yudhoyono akan memberikan pembekalan kepada anggota Fraksi Partai Demokrat di DPR. Selanjutnya, hari Minggu, diumumkan struktur baru DPP Partai Demokrat.

”Wakil ketua umum ditambah dari dua menjadi lima orang. Sekretaris jenderal tetap Edhie Baskoro Yudhoyono. Untuk wakil sekretaris jenderal ada yang diganti. Wakil bendahara umum dikurangi dari tiga menjadi dua orang. Jika bendahara terlalu banyak malah tidak baik karena ini masalah pertanggungjawaban keuangan,” ujar Nurhayati, yang disebut-sebut menjadi salah satu wakil ketua umum yang baru.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta di Kota Semarang, Jawa Tengah, mengatakan, partai politik harus melahirkan tokoh pemimpin. Anis mengatakan hal itu pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional dan Milad Ke-15 PKS.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Nasional
    Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

    Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

    Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com