Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencium Aroma Tak Sedap di Cipinang

Kompas.com - 06/04/2013, 08:51 WIB
Stefanus Osa Triyatna

Penulis

KOMPAS.com — "Akurat, kan, ya? Tolong dipastikan, ini akurat,” kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsuddin kepada seorang informan melalui telepon selulernya dalam perjalanan menuju Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (3/4/2013) malam.

Tepat pukul 21.00, Amir bersama Kompas beranjak dari kediamannya di kawasan Kuningan menggunakan satu mobil minibus. Malam itu, dia sungguh-sungguh tak menginginkan inspeksi mendadak (sidak)-nya bocor. Bahkan, sewaktu berangkat pun, dia tak secara tegas menyebutkan sasaran lokasinya.

Amir hanya memberitahu ke mana tujuan sidaknya kepada ajudan pribadinya. Itu pun diberitahukan di ruang dapur kediamannya agar kami tak mengetahui arah tujuannya. Dengan sigap, mobil melaju, tanpa mobil pengawalan.

Dari arah Kuningan, kami melaju ke Jalan Imam Bonjol. Macet membuat sopir mencari jalan lain. Tembus ke Jalan Diponegoro, lalu berbelok ke arah Salemba. Ah, LP Salemba lewat. Rupanya mobil melaju ke arah Rawamangun dan menerobos kawasan Jatinegara. Dan, Amir tak lepas dari ponselnya, minta informan mendahului tiba di lokasi sasaran.

Ternyata, LP Cipinang yang dituju. Sempat berputar-putar, akhirnya mobil berbelok ke LP narkotika. Masuk, petugas jaga pun terkesiap. Mereka tak boleh menggunakan handy talkie untuk memanggil komandannya. Di situlah Amir berbisik, ”Saya ke sini karena saya dengar ada napi bisa seenaknya keluyuran.”

Begitu menyebut napi atas nama Wali Kota Semarang Sumarmo yang tersangkut korupsi, rupanya salah alamat. Napi ini berada LP Cipinang, bukan dititipkan di LP narkotika. Tak mau sia-sia, Amir pun minta petugas mengantarnya ke LP Cipinang yang jaraknya sekitar 200 meter dari LP narkotika.

Malam itu, jalan cepat pun dilakukan. Masuk ke pintu portir II, Amir sambil menggenggam ponselnya menanyakan keberadaan sejumlah orang yang dijadikan target. Rupanya hanya ada Sumarmo. Dalam hitungan lima menit, Sumarmo yang mengenakan T-shirt hijau sudah menghadap Amir.

Namun, begitu nama-nama lain disebut, petugas mengatakan, napi-napi yang dicari sedang dirawat di rumah sakit. Data pun ditunjukkan. Rujukan ke rumah sakit, menurut para sipir, atas rekomendasi dokter LP dan Rumah Sakit Polri.

Papan tulis LP pun ditunjukkan. Tercatat, napi Gusti Syarifudin dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto. Kemudian, Yusak Yaluwu, H Amang Suratman Umar, dan Kasnan bin Wong Loi Kong dirawat di RS Harapan Kita. Lalu, Sigit Hariyo Wibisono dirawat di RS Pertamina. Ada pula yang dipinjam untuk pemeriksaan oleh Polri.

Tak ingin kehilangan informasi, Amir pun tak puas. Kepergian napi ke rumah sakit tak pernah diberitahukan ke kantor Kemenkumham. ”Tolong dibuat, ya, laporannya. Siapa yang merekomendasikan dan merujuk ke rumah sakit. Besok serahkan kepada saya,” ujar Amir.

Inspeksi terkadang tak membuahkan hasil gemilang. Namun, bagi Amir, napi tidak boleh seenaknya keluyuran, apalagi koruptor! Bisa bikin sakit hati rakyat. (Stefanus Osa)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com