Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klub Solidaritas Suami Hilang

Kompas.com - 01/04/2013, 00:59 WIB

”Apa itu penting?”

Ia bertanya apa kau mencintai suamimu. Kau tak menjawab.

”Yang jelas negara telah menzalimiku,” ia seperti bersabda. Kini suaranya lambat dan ganjil, ”Dalam kitab disebutkan: barang siapa menumpahkan darah manusia, oleh manusia darahnya akan tertumpah.”

Doña Manuela, kokoh dan teduh, terlihat seperti gunung api yang memampatkan murka lewat pekerjaan-pekerjaan kecil, telaten, sepele. Perihal kapan ia akan meletus, tak berani kau bayangkan.

Kau sudah tak datang lagi ke klub ketika Soonyi pergi. Kau terbang ke Los Angeles hanya untuk menghadiri pemakamannya. Untuk terakhir kali kau lihat, di gereja, jenazahnya cantik bagai peri dalam peti. Carmencita periasnya.

Kau ingat pernah merasa jijik dengan bibimbap, tetapi suatu hari di klub mengubah semuanya. Sejak itu, bibimbap yang dibawa Soonyi selalu habis. Bahkan ketika kesehatan Soonyi memburuk, Doña Manuela datang ke rumahnya hanya untuk membantunya memasak.

Hari itu Carmencita dan Andy bertengkar. ”Suami Hilang” perlu definisi ulang, kata Andy, sebab itu tak berlaku buat Carmencita. Ternyata suaminya tidak hilang, tapi kabur.

”Oh bangunlah, Carmencita. Kita semua tahu apa yang terjadi. Suamimu masih di LA, tinggal bersama pacar barunya!”

Mendengar ucapan sinis Andy, Carmencita menangis histeris. Doña Manuela menatap Andy tajam.

”Maaf,” Andy terlihat sedikit menyesal. ”Kupikir kita semua perlu ditampar oleh kenyataan.”

”Orang kemari bukan untuk ditampar,” tegas Doña Manuela.

Di saat itulah Soonyi, yang sebelumnya bungkam, membuka mulutnya.

”Andy benar. Kita butuh tamparan,” katanya. ”Suamiku... aku sudah bertemu dengannya, tahun 1980.”

Semua mata tertuju pada perempuan mungil itu. Doña Manuela mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Bahunya yang lebar turun naik. Fakta baru yang tiba-tiba muncul—setahun setelah Soonyi bergabung di klub—membuatnya seperti binatang yang dikhianati.

”Sungguh menarik, Soonyi,” suara Doña Manuela sedingin es. ”Setelah sekian lama, kami baru tahu bahwa suamimu tidak hilang.”

Soonyi tertunduk lama. Kemudian kau dengar suaranya begitu tenang,

”Dia tidak hilang. Aku menghilangkannya.”

Hari itu kita semua diingatkan: seorang pencerita adalah juga seorang penghapus.

Di tahun 1953, ayah bayi Soonyi kembali dari Korea dan menikahi perempuan Amerika. Ketika Soonyi akhirnya menemukan lelaki itu, ia telah ditinggal mati istrinya. Ia bersumpah tak tahu kalau punya anak di Korea, lalu mengajak Soonyi menikah dan melupakan penderitaan yang sudah lewat.

Dua hari setelah pernikahan mereka, Soonyi memasukkan sebuah koper ke dalam bagasi mobilnya. Ia menyetir jauh sekali.

”Aku merindukannya. Kadang, setelah puluhan tahun, aku merasa ia masih berbaring di sampingku.”

Soonyi menyeka matanya yang basah.

”Barangkali yang kusimpan di dalam koper itu,” ia berhenti sesaat. ”Bukan dia.”

Setelah itu: sunyi.

Dona Manuela beranjak dan mengedarkan bibimbap.

Berbaju hitam, kau dan kawan-kawanmu pergi ke restoran Korea seusai pemakaman. Suamimu belum ditemukan. Barangkali kau tidak mencintainya, tapi itu tak penting. Hilang dan kehilangan adalah lekuk yang lain, pelik sekaligus licin. Kadang keduanya terhubungkan dengan cara yang ajaib, sebagaimana yang kau pelajari dari Doña Manuela, Soonyi, dan Klub Solidaritas Suami Hilang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com