Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki: Demokrat Hancur karena Kepentingan Pribadi

Kompas.com - 26/03/2013, 17:43 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie menuding banyak kepentingan pribadi yang ada di tubuh partai itu, sehingga membuat Partai Demokrat kini hancur. Marzuki pun kembali menyinggung alasannya dulu maju sebagai calon Ketua Umum Partai Demokrat pada Kongres 2010. 

"Di Kongres Bandung, saya membangun komunikasi dengan kader dalam rangka menjaga marwah partai karena saya tahu siapa yang akan diusung dan maju sebagai kandidat Ketum pada saat itu," ujar Marzuki dalam pesan singkatnya, Selasa (26/3/2013). Dia mengaku saat itu sudah mencium aksi-aksi bermuatan kepentingan pribadi itu. 

Pada Kongres 2010, ada tiga kandidat Ketua Umum, yakni Anas Urbaningrum, Marzuki Alie, dan Andi Alfian Mallarangeng. Kubu Cikeas yang dikomandoi Susilo Bambang Yudhoyono saat itu mendukung Andi Mallarangeng. Tetapi, Andi justru kalah dalam putaran pertama. Kongres pun akhirnya menghasilkan Anas sebagai pemenang, yang menang tipis dari Marzuki. 

"Partai hancur karena kepentingan pribadi mengemuka daripada kepentingan partai. Apa yang saya lakukan adalah untuk menegakkan marwah Partai Demokrat dan SBY," ucap Marzuki. Dia pun yakin SBY memahami sikapnya selama ini.

"Itulah yang menjadi dasar kenapa saya masih mendapat posisi penting di Partai Demokrat, yaitu Wakil Ketua Dewan Pembina dan Anggota Majelis Tinggi," tutur Marzuki. Pernyataan itu, sebutnya, juga sekaligus merespon tulisan Ilham Juliantorow yang bertajuk "Seriusnya Marzuki Alie Mau Jadi Ketum PD" di dalam Kompasiana.

Ilham menuliskan bagaimana strategi Marzuki Alie dalam menghimpun suara bagi pencalonannya. Marzuki bahkan disebut-sebut mengumpulkan sejumlah pengurus di hotel di Jakarta Utara untuk menggalang dukungan menjelang KLB.

Partai Demokrat akan menyelenggarakan KLB pada 30-31 Maret 2013 di Denpasar, Bali. KLB akan memilih Ketua Umum baru menggantikan Anas Urbingrum, yang berhenti semenjak ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penerimaan hadiah terkait Hambalang dan proyek lainnya.

Saat ini, sejumlah nama kader mulai disebut-sebut masuk dalam bursa calon Ketum, yakni Saan Mustopa, Tri Dianto, Marzuki Alie, Hadi Utomo, hingga Syarief Hasan. Namun, setelah pertemuan di Cikeas pada pekan lalu, dukungan justru menguat ke arah keluarga Cikeas, terutama SBY dan dua anggota keluarganya, Ani Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Jelang KLB Demokrat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

    Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

    Nasional
    Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

    Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

    BrandzView
    Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

    Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

    Nasional
    KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

    KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

    Nasional
    Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

    Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

    Nasional
    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Nasional
    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Nasional
    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Nasional
    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Nasional
    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Nasional
    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

    Nasional
    Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Nasional
    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Nasional
    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

    Nasional
    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com