Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokratis, Pemilihan Ketua Baru Partai Demokrat

Kompas.com - 02/03/2013, 06:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan ketua umum baru Partai Demokrat diyakini tetap dilakukan melalui mekanisme yang demokratis. Pasalnya, penunjukan atau aklamasi dalam menetapkan pengganti Anas Urbaningrum dianggap menyalahi etika politik.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie yakin, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memahami etika politik tersebut. ”Saya yakin Pak SBY mendengar suara grassroot, suara pemilik suara. Tidak menunjuk begitu saja,” kata Ketua DPR itu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (1/3/2013).

Marzuki berharap ketua umum dari kader partai. ”Partai ini dibangun sebagai partai kader dengan proses demokrasi yang sangat panjang sehingga tidak mungkin orang luar masuk menjadi ketua umum,” ujarnya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ventje Rumangkang, Jumat, dari Singapura, berharap ketua umum berasal dari kader senior dan memiliki kredibilitas yang sangat baik.

Meskipun demikian, menurut Ventje, partai juga harus memberi kesempatan orang di luar partai menjadi ketua umum. ”Mungkin saja ada anak bangsa yang bisa membantu untuk membuat partai kembali solid sehingga siap menghadapi Pemilu 2014,” ucapnya.

Dia menilai Marzuki Alie dan Syarifuddin Hasan (anggota Dewan Pembina) layak menjadi ketua umum. Adapun tokoh dari luar partai yang layak memimpin Demokrat adalah Jenderal TNI AD Pramono Edhie dan Jenderal (Purn) Djoko Santoso.

Menanggapi hal itu, Marzuki hanya mengatakan menghargai suara-suara yang mendorongnya menjadi ketua umum.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, mengatakan, Marzuki secara pribadi pernah mengatakan kepadanya bersedia menjadi ketua umum. Demokrat membutuhkan ketua umum yang menguasai lapangan dan dekat dengan kader di daerah. ”Pak Marzuki pernah jadi Sekjen Partai Demokrat. Jika sekarang diadakan kongres luar biasa (KLB), pandangan saya pribadi, yang paling dekat itu Pak Marzuki,” ujar Hayono.

Hingga Jumat kemarin, Partai Demokrat belum juga menetapkan jadwal pelaksanaan KLB. Namun, menurut rencana, Majelis Tinggi akan mengumpulkan pengurus dari 33 provinsi di kediaman Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Sabtu ini.

Sejumlah kader Partai Demokrat Sulawesi Utara berharap Yudhoyono menunjuk pelaksana tugas ketua umum. Hal ini dinilai sebagai langkah konkret pembenahan internal partai menghadapi pemilu legislatif.

Tergantung Yudhoyono

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, berpendapat, Partai Demokrat sangat bergantung pada Yudhoyono. Akibatnya, segala sesuatu ditentukan Yudhoyono, dan siapa pun yang jadi ketua umum tetap kesulitan menjamin soliditas partai.

Menurut pengajar Kebijakan Publik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, kemampuan Yudhoyono dalam mengelola konflik menjadi kunci penyelesaian masalah di Demokrat. (NTA/NWO/ATO/ZAL)

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Proyek Hambalang
Krisis Demokrat

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Nasional
    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Nasional
    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Nasional
    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Nasional
    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Nasional
    Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com