Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Demokrat, Partai Teater

Kompas.com - 01/03/2013, 20:32 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Prahara Partai Demokrat belum juga usai. Konflik internal partai pemenang Pemilu 2009 itu setidaknya sudah mendapat sorotan hampir sepanjang Februari 2013. Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Burhanudin Muhtadi, bahkan menganggap Partai Demokrat sudah ibarat partai teater.

"Demokrat ini layaknya partai teater. Terlalu banyak drama, terlalu banyak simbol yang dipakai. Mereka lupa persoalan di Partai Demokrat adalah memperbaiki citra partai terkait kasus korupsi," ujar Burhanudin di Jakarta, Jumat (1/3/2013). Pidato Anas saat berhenti dari Ketua Umum Partai Demokrat, ujar dia, semakin menunjukkan kubu-kubu yang ada di partai itu. Pidato Anas adalah bukti bahwa Partai Demokrat sejak dulu sudah mengalami faksionalisasi yang parah dan selama ini coba ditutupi dengan segala cara.

Burhanudin memprediksi, langkah Partai Demokrat dalam Pemilu 2014 akan semakin sulit di tengah badai konflik yang tengah dihadapinya. "Kasus terakhir Anas berhenti sebagai ketua umum akan membuat posisi Demokrat sulit untuk recovery, apalagi pengunduran diri itu tidak mulus sehingga akan jadi duri dalam daging," ucap Burhanudin.

Dalam jangka pendek, menurut Burhanuddin, Partai Demokrat harus segera menyelenggarakan kongres luar biasa (KLB) untuk menentukan ketua umum baru. Selain itu, dia juga menilai, partai itu harus fokus melakukan rekondisi pasca-berhentinya Anas. "Kalau tidak ada KLB untuk proses pergantian ketua secara sah, maka akan jadi terhambat soal daftar calon sementara (DCS) yang sudah di depan mata," kata Burhanudin.

Seperi diberitakan, Anas Urbaningrum memutuskan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Sabtu (23/2/2013). Ia juga menyatakan keluar dari partai itu setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan gratifikasi terkait proyek Hambalang dan lainnya.

Semenjak itu, beberapa pengurus mengambil langkah serupa sebagai bentuk solidaritas, seperti Ketua DPC Partai Demokrat Cilacap Tri Dianto dan Wakil Direktur Eksekutif M Rahmad. Sejumlah pengurus Demokrat yang merupakan para loyalis Anas meski belum mundur tapi tetap setia mendatangi rumah Anas, seperti Juru Bicara I Gede Pasek Suardika, Ketua DPP Partai Demokrat Umar Arsal, dan Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Krisis Demokrat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com