Tentu saja capres-capres merasa ge-er namanya masuk ke lapis atas klasemen, apalagi yang belum punya partai. Sebaliknya, ada yang risi karena merasa belum pantas masuk daftar capres.
Biasanya survei mengumumkan daftar capres teratas lewat konferensi pers yang dihadiri pula oleh para pakar. Setelah diberitakan secara besar- besaran, para wartawan pasti akan coba meminta komentar mereka.
Seseorang yang namanya masuk daftar capres populer pernah bertanya, ”Saya harus jawab apa, ya, kalau ada wartawan yang bertanya?” Ia sama sekali tak menyangka namanya masuk daftar.
Itu juga yang terjadi terhadap Gubernur DKI Joko Widodo. Survei Pusat Data Bersatu belum lama ini merilis hasil survei capres: Jokowi menempati urutan teratas dengan elektabilitas tertinggi sebagai capres 2014.
Jokowi menjadi agak salah tingkah tatkala ditanyai wartawan. Padahal, by popular demand, ia pasti mendapat tempat teratas karena memang begitulah selera pasar politik dewasa ini.
Sebagian pasar tentu menyambut gembira hasil survei Jokowi. Kurang penting apakah Jokowi meninggalkan pos wali kota Solo untuk mencalonkan diri sebagai gubernur DKI.
Juga kurang relevan jika kelak ia tinggalkan pos gubernur DKI untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Bukannya mengultus-individukan Jokowi, melainkan mumpung ada capres yang tampilannya ”salah satu dari kita” (he is one of us).
Kita ambil semangatnya, bukan Jokowi-nya. Semoga saja semangatnya bekerja sebagai pemimpin yang beritikad baik menular kepada kita semua.
Namun, sebagian pasar kurang setuju Jokowi dikatrol menjadi capres tahun 2014. Nah, semua ini tergantung dari keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri setelah Pemilu 2014.
Mungkin ada baiknya disiapkan narasi ”jika rakyat menghendaki” apabila Jokowi disiapkan sebagai capres/cawapres. Juga perlu disiapkan narasi Megawati-Jusuf Kalla sebagai duet yang berpengalaman mengabdi republik ini.
Pencapresan Aburizal Bakrie (Golkar) juga hampir jadi ibarat ”pakaian tinggal dijahit” karena ia tinggal mencari cawapres. Ia tinggal menyiapkan narasi kita perlu pengusaha untuk memimpin.
Prabowo Subianto capres terpopuler menurut sebagian survei dan ini menjalin rencana dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Tinggal bagaimana menggalang kekuatan partai-partai menengah saja untuk melewati angka ambang batas.
Entah siapa yang akan dicalonkan Partai Demokrat yang sedang guncang. Namun, capres/cawapres paling banyak ada empat pasang.
Paling penting, Anda yang berniat nyapres jangan terkena wabah sprindik: detak jantung ngebut kayak orang lagi lari sprint dan membuat bulu jadi bergidik. Awas, hati-hati, ya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.