Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Korupsi Batu Sandungan Parpol

Kompas.com - 11/02/2013, 02:16 WIB

ANTONIUS PURWANTO

Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera menjadi dua partai politik yang pekan-pekan terakhir ini menjadi sorotan publik. Kasus korupsi yang membelit sejumlah kader kedua partai tersebut ditengarai akan menurunkan elektabilitas parpol pada Pemilu 2014. Seperti apakah sebenarnya persepsi pemilih kedua parpol saat ini?

Tiga tahun terakhir, partai politik menjadi lembaga paling kerap mendapat penilaian paling negatif dari publik. Selain soal kinerja yang dianggap belum mewakili aspirasi konstituen, maraknya kasus korupsi dan moral yang melibatkan para politisi membuat citra parpol sulit membaik di mata publik.

Tiga perempat responden jajak pendapat ini menyatakan mengikuti pemberitaan kasus suap impor daging sapi yang diduga melibatkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq dan kasus pembangunan kompleks olahraga Hambalang yang diduga melibatkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Dijemputnya Luthfi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pekan lalu makin mempertegas persepsi publik, parpol melakukan praktik korupsi. Sebanyak 82 persen responden kecewa atas indikasi keterlibatan elite PKS. Citra sebagai partai Islam yang bersih sejak kelahirannya tahun 1999 (Partai Keadilan) ibarat ”runtuh” dalam sekejap.

Meskipun menjadi pukulan telak, temuan jajak pendapat menggambarkan penyikapan publik konstituen PKS yang tak sedramatis perkiraan, konstituen serta-merta meninggalkan PKS. Dilihat dari perbandingan proporsi responden yang mengaku memilih PKS di Pemilu 2009 lalu, dengan rencana mereka dalam Pemilu 2014 mendatang, tampak terpaan kasus korupsi kali ini membuat konstituen PKS ”mengambil jarak”. Seperempat bagian responden pemilih PKS mengaku pikir-pikir terkait rencana pilihan parpol pada Pemilu 2014. Separuh bagian responden menyatakan akan tetap memilih PKS, dan hanya 10 persen bagian responden yang tegas menyatakan akan pindah pilihan parpol.

Alasan utama responden pemilih PKS tetap memilih PKS adalah PKS dinilai ”relatif bersih”. Alasan PKS dinilai relatif bersih jauh lebih tinggi daripada unsur kesamaan ideologi, program parpol, ataupun soal kepemimpinan tokoh. Hal ini juga berarti publik masih akan menunggu proses pengusutan dan akhir dari penuntasan kasus korupsi yang melibatkan kader PKS oleh KPK.

Upaya melepaskan ikatan kader yang korup dengan lembaga partai memang sudah sejak dini dilakukan PKS. Ketua DPP PKS Hidayat Nur Wahid menggarisbawahi, kasus yang menimpa Luthfi adalah urusan pribadi, bukan partai.

Perolehan suara PKS di Pemilu 2004 dan 2009 yang bertahan di kisaran 8,2 juta suara (7,4 persen dan 7,8 persen) sebenarnya mengindikasikan beratnya pertarungan memperebutkan suara. Meski paling ”moncer” dibanding perolehan suara partai Islam lain, suara PKS kini diperkirakan bakal merosot. Hasil survei tatap muka Kompas pada Desember 2012 menunjukkan, elektabilitas PKS hanya 3,3 persen. Angka itu sebelum mencuatnya kasus Luthfi.

Elektabilitas Demokrat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com