Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Pun Diterpa "Tsunami"

Kompas.com - 03/02/2013, 08:17 WIB

Partai Keadilan Sejahtera langsung terpuruk dibandingkan partai lain dalam hal mendapat sentimen negatif dari warga pengguna internet (netizen). Tampak bahwa isu suap impor daging sapi yang menimpa mantan Presiden PKS langsung menjadi tsunami besar bagi citra bersih PKS.

Pantauan dengan menggunakan model perangkat lunak Politicawave, hingga Jumat (1/2) malam, terlihat indeks sentimen negatif untuk PKS mencapai minus 9,24 yang berasal dari analisis percakapan 44.044 pengguna unik. Posisi Partai Demokrat agak bagus dengan indeks sentimen negatif mencapai minus 4,95 dari analisis percakapan 10.688 pengguna unik.

Percakapan tersebut direkam dari semua media sosial seperti Twitter, Facebook, blog, forum, Youtube, dan sejumlah situs berita di Indonesia. Analisis dilakukan berdasarkan percakapan real time dan bisa berubah setiap saat.

Di zona sentimen positif bertengger PDI-P dengan sentimen positif 3,74, tetapi dengan jumlah pengguna unik hanya 5.113 pengguna. Kemudian Partai Nasdem dengan indeks sentimen positif 3,4 dari analisis 16.042 pengguna unik.

Dari segi jumlah orang yang memperbincangkan, jelas PKS nomor satu dengan total pengguna akun yang terlibat mencapai 44.044 pengguna. Angka ini mencapai 44,3 persen dari total pengguna yang terlibat dalam pembicaraan. Jumlah percakapan yang terekam hingga Jumat malam untuk PKS saja mencapai 138.665 percakapan yang merupakan 55,9 persen dari total percakapan soal partai.

Direktur Politicawave Yose Rizal mengatakan, hingga 3-4 hari lalu, Partai Nasdem dan Partai Golkar sebenarnya masih di zona negatif. Hal itu terjadi karena pemberitaan sedang fokus pada banyaknya kader Nasdem yang keluar dari partai. ”Golkar juga terimbas negatif pada 3-4 hari lalu karena banyak kasus korupsi yang melibatkan kader-kadernya serta adanya konflik internal,” kata Yose.

Namun, begitu kasus dugaan suap daging impor sapi menyeruak, sentimen negatif untuk PKS luar biasa besarnya. ”Seperti tsunami, dahsyat karena yang terlibat diduga Presiden PKS,” kata Yose.

Pembicaraan di media sosial akhirnya mengarah ke PKS dan kasus-kasus yang melanda partai lain, seperti kasus Hambalang pada Partai Demokrat, banyaknya kader yang hengkang dari Partai Nasdem, serta korupsi yang melibatkan kader Partai Golkar, terlupakan oleh isu baru. ”Akhirnya, parpol-parpol lain perbandingan negatifnya jadi mengecil,” kata Yose.

PDI-P, yang kebetulan tak memiliki banyak isu, mendapat ”durian runtuh” dari limpahan sentimen positif ini. Walaupun PKS berusaha merevitalisasi semangat kepartaian melalui pidato presiden baru PKS, Anis Matta, hal itu belum mampu mengatrol perolehan sentimen positif.

Pekan ini sebenarnya ada kasus korupsi yang masuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, yang melibatkan anggota DPR yang juga politisi Partai Golkar, Zulkarnaen Djabar. Namun, ternyata isu itu tak berdampak besar pada sentimen negatif Partai Golkar.

”Isu Zulkarnaen Djabar tak banyak dibicarakan di media sosial. Apalagi dalam dua pekan terakhir ini isunya lebih didominasi keluarnya Hary Tanoesoedibjo dari Nasdem,” kata Yose. (Amir Sodikin)

Berita terkait dapat dibaca di :Skandal Suap Impor Daging Sapi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com