Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunduran Diri Hary Tanoe Diikuti Kader Nasdem Lain?

Kompas.com - 21/01/2013, 17:58 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Menjelang pemilihan umum (pemilu) tahun 2014 mendatang, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) harus bergelut dengan konflik internal. Meski baru pertama kali mengikuti pemilu, Nasdem harus kehilangan beberapa pimpinan pengurusnya, yakni Ketua Dewan Pakar Hary Tanoesoedibjo, Sekretaris Jenderal Ahmad Rofiq, Wakil Sekretaris Jenderal Saiful Haq, dan Ketua Internal DPP Endang Tirtana. Mereka menyatakan mundur dari partai itu lantaran tidak lagi memiliki visi dan misi yang sama dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem Surya Paloh.

Akankah langkah mereka ini diikuti kader-kader lainnya? Hary mengaku dirinya tidak mau melakukan provokasi. Pilihan mengundurkan diri merupakan hak setiap kader Nasdem yang harus dihormati.

"Saya tidak mau memperkeruh atau memprovokasi. Ini merupakan keputusan pribadi, sangat berbeda dengan cara mengembangkan organisasi partai," ujar Hary, Senin (21/1/2013), dalam jumpa pers di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro 29, Jakarta.

Hary menuturkan, dia tidak memaksakan kader untuk mengambil langkah yang sama. "Ini sudut pandang kami. Sudut pandang pengurus lainnya bisa saja berbeda. Itu hak mereka," imbuh pemilik MNC Grup ini.

Sikap serupa juga ditunjukkan Ahmad Rofiq. Rofiq mengaku belum tahu apakah pengunduran dirinya sebagai Sekretaris Jenderal Nasdem diikuti oleh kolega lain. Ia pun juga tak akan memprovokasi kader lain untuk mengundurkan diri.

Partai Nasdem merupakan partai baru yang bercikal bakal dari gerakan Nasional Demokrat yang dibentuk oleh Surya Paloh pada 1 Februari 2010. Ketika itu, Surya Paloh memutuskan keluar dari Partai Golkar. Gerakan Nasional Demokrat kemudian bertransformasi semakin besar menjadi sebuah organisasi massa yang mengusung jargon gerakan restorasi untuk memperbaiki aneka persoalan di Indonesia.

Sebagai sebuah ormas, Nasdem menggandeng sejumlah tokoh nasional, di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono X, Anies Baswedan, Ahmad Syafii Maarif, Basuki Tjahaja Purnama, Didik J Rachbini, Budiman Sudjatmiko, dan Khofifah Indar Parawansa. Setahun berikutnya, pada 26 Juli 2011, berdiri Partai Nasdem. Ketua Umumnya adalah Patrice Rio Capella. Baik Patrice maupun Surya mengatakan partai politik baru tersebut adalah entitas yang berbeda dengan ormas Nasional Demokrat. Meski begitu, Surya diposisikan sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem.

Pada Januari 2013, KPU menetapkan Partai Nasdem sebagai peserta Pemilu 2014 setelah lolos uji verifikasi administrasi dan faktual. Namun, seiring dengan lolosnya Partai Nasdem, kabar perpecahan Partai Nasdem mulai berembus. Keinginan Surya untuk menjadi ketua umum ditentang kalangan internal, termasuk Hary Tanoesoedibjo. Pengunduran diri Hary akhirnya menegaskan adanya konflik di tubuh Partai Nasdem.

Baca juga:
Hary Tanoe Mundur, Iklan Nasdem di MNC Group Dihentikan
Hary Tanoe: Saya Mundur dari Partai Nasdem
Hary Tanoe Mundur karena Surya Paloh Ingin Jadi Ketua Umum

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Partai Nasdem Pecah
Geliat Politik Jelang 2014

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

    Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

    Nasional
    Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

    Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

    Nasional
    Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

    Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

    Nasional
    Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

    Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

    Nasional
    Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

    Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

    Nasional
    Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

    Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

    Nasional
    Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

    Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

    Nasional
    Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

    Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

    Nasional
    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

    Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

    Nasional
    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

    Nasional
    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

    Nasional
    Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

    Nasional
    Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

    Nasional
    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

    Nasional
    'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

    "Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com