Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Islam Hanya Pengikut, Bukan Pemimpin

Kompas.com - 24/12/2012, 17:22 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai-partai Islam dinilai gagal dalam memanfaatkan isu ekonomi dan korupsi. Dua isu itu terus mendapatkan sorotan publik. Namun, saat ini, partai-partai Islam cenderung lebih menjadi pengikut daripada "leader" dalam mengembangkan sebuah isu tertentu. Hal tersebut diungkapkan pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Burhanudin Muhtadi, Senin (24/12/2012), dalam diskusi di Jakarta.

Burhan mengatakan, ada fakta menarik terkait partai Islam. Politik aliran, lanjutnya, kini sudah kurang relevan dengan masyarakat. Meski sudah semakin Islami, masyarakat Indonesia tetap tidak memilih partai Islam.

"Ini jangan-jangan persoalannya bukan Islam dan non-Islam. Jangan-jangan masalahnya partai Islam gagal menyambut isu penting masyarakat seperti ekonomi dan korupsi," ujar Burhan.

Burhan menilai partai-partai Islam hanya terkesan sebagai simbol dalam mengangkat kedua isu itu. "Partai Islam sebagai follower, tidak jadi trendsetter atau leader dalam perpolitikan nasional," ucapnya.

Sementara itu, anggota Komisi III dari Fraksi PKS Indra membantah tudingan partai Islam kurang mengangkat isu korupsi. Menurutnya, PKS, misalnya, menyatakan sikap tegasnya bahwa revisi Undang-undang KPK harus dicabut dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

"Selain itu, belum ada satu pun anggota PKS kena korupsi. Tapi kami sadar tidak punya kemampuan untuk melakukan pemasaran pemikiran itu, bahkan cenderung dipinggirkan," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Fernita Darwis juga menyatakan, PPP bukan sekadar pengikut. "Kami mengusulkan RUU tentang Miras masuk dalam Prolegnas. Ini hanya PPP yang mengusulkan," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com