Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Berjaya, Rakyat Merana ...

Kompas.com - 21/12/2012, 11:34 WIB

KOMPAS.com - Wajar saja jika banyak pihak menertawakan pemerintah pusat. Di satu sisi menyadari sebagian besar daerah otonom baru gagal menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, pada sisi lain membiarkan pemekaran terus berjalan.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan telah mengevaluasi 205 daerah otonom baru (DOB) yang dibentuk selama 1999-2009, yang meliputi 164 kabupaten, 34 kota dan 7 provinsi. Hasil sementara: tata kelola daerah dan pelayanan publik belum memuaskan. Perilaku para pemimpin di DOB itu belum berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Bahkan, Gamawan menyimpulkan sekitar 70 persen DOB tersebut gagal.

Kesimpulan itu sungguh benar. Saat ini yang menonjol dari DOB adalah perebutan kekuasaan dan uang. Para penguasa atau elite politik setempat sibuk menebarkan pengaruh dan menggalang dukungan agar bisa terpilih menjadi kepala daerah atau anggota legislatif. Waktu mereka pun habis tersita oleh urusan merebut dan mempertahankan kekuasaan sebagai bagian dari upaya memperkaya diri dan keluarga.

Setelah terpilih, para bupati, wali kota dan gubernur gemar mempromosikan diri yang berkedok promosi daerah. Hampir di setiap sudut kota dan desa serta media massa selalu terpampang gambar para pejabat yang bersangkutan.

Sebaliknya, terobosan dan inovasi untuk menggali dan mengembangkan potensi ekonomi daerah bagi perbaikan serta peningkatan kesejahteraan rakyat hampir tidak tampak. Tidak mengherankan, setelah bertahun-tahun pemekaran pun sebagian besar masyarakat setempat tetap hidup miskin, tidak jauh beda dibandingkan saat daerah itu belum dimekarkan.

Minimnya kreativitas pemerintah daerah ini membuat pendapatan asli daerah tetap rendah. Biaya pembangunan, termasuk belanja pegawai masih tetap mengandalkan subsidi dari pusat. Mutu pendidikan tetap rendah, gizi buruk tetap tinggi, indeks pembangunan manusia juga tetap buruk.

Adapun yang menonjol hanya adanya gedung-gedung pemerintahan yang megah dan baru, serta jalan beraspal. Akan tetapi, pembangunan fisik itu pun sebagian besar masih disokong dari pusat. Sektor swasta yang diharapkan dapat menghidupkan ekonomi lokal tidak berkembang optimal, sebab sering menjadi ”sapi perah” penguasa setempat.

Tidak bertaring

Kesadaran tentang kegagalan DOB sebetulnya sudah lama timbul. Pemerintah pusat pun kemudian memberlakukan kebijakan moratorium pemekaran daerah pada awal 2009. Namun, kebijakan ini seolah tidak bertaring. Di lapangan, pelaksanaannya selalu bertolak belakang.

Dengan berdalih aspirasi rakyat, pemerintah daerah bersama DPRD setempat terus-menerus mengusulkan DOB kepada Kemendagri, DPR, dan DPD. Dengan dalih yang sama, kedua lembaga legislatif pun membuka ruang yang lebar untuk proses pemekaran daerah. Saat ini ada sekitar 150 usul DOB yang masuk ke DPR. Sedikitnya 7 daerah di antaranya akan dimekarkan pada awal tahun 2013.

Anehnya, pemerintah pusat pun seolah mengikuti saja arus yang ingin pemekaran. Ketidakberanian dalam bersikap itu memupuk nafsu pembentukan DOB kian tidak terkendali. Jangan heran bila kemudian pemerintah dituduh melakukan moratorium setengah hati. Apalagi kebijakan tersebut tanpa disertai aturan yang jelas dan tegas.

Hingga tahun 2007, negeri ini hanya memiliki 287 kabupaten/kota dan 26 provinsi (setelah Timor Timur merdeka). Namun, akhir Desember 2012, jumlah itu membengkak jadi 512 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Itu termasuk 12 DOB yang meliputi 11 kabupaten/kota dan satu provinsi yang terbentuk pada November dan Desember 2012.

Jumlah itu bakal meningkat lagi sebab nafsu untuk melakukan pemekaran daerah masih tinggi. Data yang dihimpun Kompas menyebutkan, hingga tahun 2025 jumlah provinsi di Indonesia bakal mencapai 55 provinsi. Calon provinsi baru itu, antara lain Cirebon (Jawa Barat), Kapuas Raya (Kalimantan Barat), Flores (Nusa Tenggara Timur), dan Papua Tengah (Papua). Bahkan, di Jawa Barat akan bertambah lagi 18 kabupaten/kota.

Persiapkan lebih matang

Selama ini ada berbagai persyaratan yang wajib dipenuhi satu daerah yang ingin menjadi DOB. Misalnya, kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, dan kemampuan keuangan dari calon DOB itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com