JAKARTA, KOMPAS.com —Kejadian puting beliung di Indonesia meningkat 28 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dan menempati 14 persen dari total kejadian bencana alam yang terjadi.
Fenomena ini menutut perhatian lebih serius untuk mendeteksi dan mengantisipasinya guna mengurangi risiko bencana.
Kepala Pusat Informasi, Humas dan Data Badang Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu (9/12/2012) mengatakan, sepanjang 2002-2011 telah terjadi 1.564 kejadian puting beliung atau 14 persen dari total kejadian bencana di Indonesia.
"Dalam sepuluh tahun terakhir kejadian puting beliung telah meningkat 28 kali lipat. Jika tahun 2002 kejadian hanya 14 kali. Pada tahun 2006, terjadi 84 kejadian. Sedangkan tahun 2010 ada 402 kejadian," katanya.
Sepanjang tahun 2011, puting beliung melanda wilayah Indonesia sebanyak 285 kejadian dengan korban meninggal 21 orang, mengungsi 9.081 orang, dan 13.684 unit rumah rusak.
Dari Januari hingga November 2012, puting beliung terjadi sebanyak 223 kali. Sebanyak 33 orang meninggal, 294 luka-luka, dan 1 orang hilang.
Bencana puting beliung ini telah memberi dampak kepada 41.675 penduduk di Indonesia, 2.122 penduduk mengungsi. Sebanyak 5.083 rumah rusak berat dan 1.506 rumah rusak ringan.
Menurut Sutopo, sebelum tahun 1990-an, kita jarang mengalami puting beliung. Pada periode itu, kejadian angin topan hanya dikenal di beberapa daerah yang tipikal di daerah tersebut, misalnya angin gending di Jawa Timur, angin bohorok di Sumatera Utara, dan angin kumbang di Jawa Barat.
"Tetapi sekarang puting beliung menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya tidak mengenalnya. Bentuknya juga sudah seperti tornado (untuk di darat) dan siklon (untuk di laut)," katanya.
Terakhir, puting beliung terjadi di Sleman, Yogyakarta pada Jumat (7/12). Bencana itu merusak 1.016 rumah di tiga kecamatan di Sleman.
Bencan lain melanda tiga kecamatan, yaitu Kalasan, Ngemplak, dan Depok. Sebanyak 18 orang luka-luka dam 604 rumah rusak ringan, 302 rusak sedang, dan 145 rusak berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.