Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TII: Indonesia Belum Ideal, Masih Butuh KPK

Kompas.com - 06/12/2012, 15:28 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia masih harus bergulat dengan praktek korupsi yang sudah mengakar di lembaga-lembaga pemerintahan. Dari rentang waktu 2004-2011, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merilis para koruptor menggerogoti uang rakyat sebesar Rp 39,3 triliun.

Sayangnya, di tengah upaya pemberantasan korupsi, langkah KPK justru tidak didukung penuh lembaga-lembaga lain. Penyidik-penyidik KPK dari unsur kepolisian bahkan ditarik satu persatu oleh Polri.

"Semakin sukses, KPK pasti akan semakin banyak musuhnya. Ini wajar sekali," ujar Sekretaris Jenderal Transparency Indonesia (TII) Natalia Soebagio, Jumat (6/12/2012), dalam jumpa pers rilis Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia di Hotel Athlete Century, Jakarta.

Natalia melihat bahwa kondisi negara yang ideal di mana seluruh aparat pemerintahan bersih, maka KPK tidak lagi diperlukan. Namun, Indonesia masih jauh dari kategori "ideal".

"Dalam dunia yang ideal harusnya KPK tidak diperlukan. Tetapi, kita tidak berada di negara yang ideal tapi jauh dari ideal. Karena penegak hukum dianggap lemah, maka dibentuk KPK," ucapnya.

Pada tahun 2011 lalu, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yakni 3.0 atau jika dikonversikan dengan metode baru berarti 30.

Sementara pada tahun 2012 IPK Indonesia 32. Peringkat Indonesia sejajar posisinya dengan Republik Dominika, Ekuador, Mesir, dan Madagaskar. Secara regional, Indonesia masih kalah dengan Singapura (skor IPK 87), Brunei Darussalam (55), Malaysia (49), Thailand (37), Filipina (34), dan Timor Leste (33).

Dengan kondisi seperti itu, Natalia menilai KPK harus didukung karena lembaga ini yang merupakan satu-satunya lembaga di negeri ini yang fokus melakukan pemberantasan korupsi. Tetapi, kerja KPK tidak bisa berhasil tanpa kerja sama lembaga penegak hukum lainnya.

"Namun, yang terjadi sekarang justru persaingan-persaingan antar lembag. Ini yang harus dijaga supaya tidak menbuat tujuan menghilangkan korupsi terlupakan," kata Natalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Alexander Sarankan Capim KPK dari Polri dan Kejaksaan Sudah Pensiun

Nasional
Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Draf RUU Penyiaran: Masa Jabatan Anggota KPI Bertambah, Dewan Kehormatan Bersifat Tetap

Nasional
Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Latihan TNI AL dengan Marinir AS Dibuka, Pangkoarmada I: Untuk Tingkatkan Perdamaian

Nasional
Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Siapkan Sekolah Partai untuk Calon Kepala Daerah, PDI-P Libatkan Ganjar, Ahok hingga Risma

Nasional
Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Sektor Swasta dan Publik Berperan Besar Sukseskan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

BNPB Minta Warga Sumbar Melapor Jika Anggota Keluarga Hilang 3 Hari Terakhir

Nasional
Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nurul Ghufron Akan Hadiri Sidang Etik di Dewas KPK Besok

Nasional
LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

LHKPN Dinilai Tak Wajar, Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta Dicopot dari Jabatannya

Nasional
Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Alexander Sebut Calon Pimpinan KPK Lebih Bagus Tidak Terafiliasi Pejabat Maupun Pengurus Parpol

Nasional
Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Polri Siapkan Skema Buka Tutup Jalan saat World Water Forum di Bali

Nasional
KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

KPU: Bakal Calon Gubernur Nonpartai Hanya di Kalbar, DKI Masih Dihitung

Nasional
Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Korban Meninggal Akibat Banjir Lahar di Sumatera Barat Kembali Bertambah, Kini 44 Orang

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena 'Mark Up' Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Duga Negara Rugi Rp 30,2 M Karena "Mark Up" Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Kejagung Periksa Pihak Bea Cukai di Kasus Korupsi Impor Gula PT SMIP

Nasional
PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

PDI-P Ungkap Peluang Usung 3 Nama di Pilkada Jabar: Bima Arya, Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com