Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Apa BK Putuskan Kasus Pemerasan BUMN di Puncak?

Kompas.com - 05/12/2012, 12:45 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Kehormatan DPR melakukan sidang pleno pengambilan keputusan kasus dugaan pemerasan BUMN yang dilakukan sejumlah anggota DPR pada Rabu (5/12/2012) malam. Sidang pleno BK nantinya akan memutuskan sanksi etika yang akan diberikan kepada anggota dewan yang dinyatakan melanggar kode etik.

Namun, tak seperti biasanya, proses pengambilan keputusan justru dilakukan di luar lingkungan DPR. Rencananya, sidang pleono digelar di Wisma DPR (Wisma Koppo), Puncak, Bogor.

"Direncanakan malam ini akan diadakan sidang tertutup BK untuk mengambil keputusan rapat itu sndiri akan diadakan di Wisma DPR (Wisma Koppo). Pengambilan keputusan biasanya akan berlangsung sampai larut malam," ujar Wakil Ketua BK Siswono, Rabu (5/12/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan.

Siswono mengatakan, sidang dilakukan malam hari karena banyak anggota BK yang harus menjalani rapat-rapat panitia khusus (pansus), panitia kerja (panja), hingga komisi. Oleh karena itu, 11 anggota BK baru bisa melakukan sidang BK di malam hari.

"Sementara di Wisma Koppo itu sering sekali di Wisma Koppo karena di sana ada ruang rapat dan kalau anggota datang sat sore itu bisa ada ruangan untuk beristirahat terlebih dulu. Tempatnya nyaman untuk ambil keputusan," ucap Siswono.

Saat ditanyakan lebih lanjut kemungkinan adanya lobi-lobi ilegal yang dilakukan fraksi-fraksi dengan anggota BK lantaran rapat dilakukan di luar DPR, Siswono memastikan tidak akan ada kesepakatan-kesepakatan gelap dalam keputusan BK nantinya.

"Tidak akan ada deal-deal seperti itu," imbuhnya.

Proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan BK nantinya mengutamakan proses musyawarah mufakat. Namun, jika tidak tercapai kesepakatan maka BK akan melakukan voting yang diikuti 11 anggota BK.

Setelah keputusan dikeluarkan, BK akan menyerahkan salinan putusan ke setiap fraksi. Jika ternyata ada anggota yang dinyatakan tidak bersalah, maka BK akan melakukan rehabilitasi nama anggota DPR tersebut yang dinilai sudah tercemar.

"Kemungkinan baru besok pagi masyarakat akan tahu hasilnya," kata Siswono.

Adapun, BK saat ini menangani tiga kasus dugaan pemerasan yang dilakukan anggota DPR terhadap direksi BUMN. Pertama, kasus dugaan pemerasan yang dilakukan anggota Komisi XI dari Fraksi PDI-Perjuangan Sumaryoto yang dilakukannya seorang diri terhadap direksi PT Merpati Nusantara Airlines.

Kedua, kasus dugaan pemerasan yang dilakukan dalam sebuah rapat pertemuan 1 Oktober antara beberapa anggota Komisi XI dengan direksi Merpati. Sejumlah politisi yang diadukan Dahlan Iskan yakni Zulkilfliemansyah (F-PKS), Achsanul Qosasi, Linda Megawati, Saidi Butar-butar (F-Demokrat), dan I Gusti Agung Ray Wijaya (F-PDI Perjuangan). Ketiga, kasus dugaan pemerasan Idris Laena terhadap direksi PT PAL Indonesia dan PT Garam.

BK dalam proses penyelidikannya sudah memeriksa satu per satu anggota dewan yang diduga memeras dan juga direksi BUMN yang mengaku diperas. BK juga sudah mempertemukan pihak-pihak yang dilaporkan dalam satu forum konfrontasi.

Baca juga:
Dahlan Iskan Akan Digugat!
Memprihatinkan, Laporan Dahlan Tak Akurat
Dirut Merpati: Pak Dahlan Tak Salah, Saya yang Salah
Sumaryoto: Rudy Cium Tangan Saya
Dirut Merpati Sempat Transfer Rp 106,5 Juta ke Sumaryoto
Merpati Akui Inisiasi Pertemuan dengan Sumaryoto
Hatta: Lagi-lagi Dahlan Iskan Salah

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Dahlan Iskan VS DPR

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

    Nasional
    Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

    Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

    Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com