Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Way Panji Masih Dicekam Ketakutan

Kompas.com - 31/10/2012, 03:38 WIB

Bandar Lampung, Kompas - Situasi di beberapa desa di Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, pasca-bentrokan selama dua hari masih mencekam. Hingga Selasa (30/10) sore sudah 2.050 orang diungsikan ke Sekolah Polisi Negara di Kemiling, Bandar Lampung. Warga di beberapa desa di sekitarnya takut bepergian meski lebih dari 2.100 polisi dan tentara dikerahkan untuk mengamankan wilayah Way Panji.

Camat Way Panji Hendra Jaya menyebutkan, titik pertikaian ada di Desa Agom, Balinuraga, dan Sidoreno. Jumlah korban tewas akibat bentrokan 14 orang. Namun, menurut polisi, jumlah korban tewas 12 orang. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan, 12 korban itu terdiri dari 3 orang dari Desa Agom, 6 orang dari Desa Balinuraga, dan 3 orang dari Desa Sidoreno (tetangga Balinuraga).

Aparat kepolisian, tentara, dan Satpol Pamong Praja menyisir beberapa lokasi mencari kemungkinan korban tewas. Ada 85 warga kecamatan tetangga, yakni Candi Puro, juga mulai diungsikan, Selasa malam.

Bentrokan berdarah semula melibatkan warga Desa Agom dan Balinuraga pada Minggu (28/10) dan Senin mengakibatkan 14 orang tewas. Situasi mencekam setelah merambat ke Sidoreno. Penyebab bentrokan karena dua gadis Desa Agom yang tengah mengendarai sepeda motor diganggu oleh pemuda desa Balinuraga, Sabtu malam, hingga jatuh dari sepeda motor.

Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Tatar Nugroho di Kalianda, Lampung Selatan, Selasa, menyebutkan, 4 orang tewas saat bentrokan, Minggu. Para korban lainnya tewas akibat bentrokan, Senin.

Sebanyak 2.050 orang mengungsi di SPN Kemiling. ”Bantuan makanan, tenda, dan obat-obatan mulai disalurkan. Saya sudah meminta dinas sosial dan badan penanggulangan untuk turun menangani pengungsi yang kini bertahan di Kemiling,” ujar Gubernur Lampung Sjachroedin ZP.

Ratusan warga Way Panji itu kini kehilangan tempat tinggal karena 166 rumah dibakar dan 2 sekolah dirusak. Puluhan kendaraan, termasuk milik polisi, juga dirusak massa.

Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Nanan Soekarna, Selasa, meninjau ke lokasi kejadian menggunakan helikopter. Nanan menyatakan prihatin dan meminta aparat untuk terus berjaga-jaga agar pertikaian tidak meluas.

Tapanuli Selatan

Konflik juga terjadi di Tapanuli Selatan. Kantor Camat Batangtoru dibakar dan Polsek Batangtoru rusak setelah ratusan warga dari belasan desa di Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru, Selasa, berunjuk rasa menolak pembuangan limbah PT Agincourt Resources ke Sungai Batangtoru.

Massa juga membakar 1 mobil Suzuki Katana BK 1951 EV dan merusak 9 mobil, termasuk 4 mobil polisi. Dua polisi terluka. Hingga Selasa malam, kata warga, suasana dua kecamatan masih mencekam. Polisi menangkap 37 orang. Namun, kata Kepala Bidang Humas Polda Sumut Kombes Heru Prakosa, situasi sudah terkendali.

Manajer Komunikasi PT Agincourt Resources Katarina Siburian Hardono mengatakan, sesuai perizinan dan analisis mengenai dampak lingkungan, limbah memang dibuang ke Sungai Batangtoru melewati pipa sepanjang 2,7 kilometer. Presiden Direktur PT Agincourt Resources Peter Albert menyerahkan penanganan kasus itu kepada pihak berwajib sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Di Jakarta, sebelum bertolak ke London, Inggris, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pencegahan terhadap kekerasan horizontal, termasuk yang terjadi di Lampung, bukan hanya tanggung jawab aparat keamanan dan kepolisian. Masyarakat dan pemerintah daerah juga harus ikut aktif.

”Saya serukan agar semua pihak harus ikut bertanggung jawab. Semua pihak peduli, semua pihak bekerja. Jangan hanya menyerahkan kepada aparat kepolisian dan komando teritori TNI,” kata Presiden.(CAL/HEI/JON/WHY/IAM/WSI/ATO/NTA/FER)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com