Ini semua tak terlepas dari masih kuatnya orang-orang lama dalam jajaran elite politik saat ini. Mereka belum rela untuk terjadi regenerasi. Mungkin, Indonesia harus memotong generasi untuk melahirkan pemimpin muda yang kuat dan berkualitas.
Apa yang bisa dilakukan masyarakat sipil atas kondisi ini?
Kita semua harus terus mengawasi dan bergerak. Masyarakat harus bersatu melalui berbagai cara untuk menyuarakan dan mendesakkan kebenaran dan menolak ketidakadilan.
Dukungan kuat berbagai elemen masyarakat kepada KPK terkait konflik antara lembaga tersebut dan Polri adalah bukti gerakan bersama masyarakat mempunyai nilai positif dan efektif bagi keadaan saat ini.
Kelompok intelektual juga harus memainkan perannya. Mereka tak bisa hanya duduk di kampus. Intelektual harus observasi ke masyarakat, bergerak bersama masyarakat, menyampaikan kritisisme dan solusi melalui tulisan atau menyuarakan langsung untuk mendorong perubahan. Namun, intelektual sebagai elemen penting masyarakat sipil juga jangan mudah terjebak dalam pragmatisme. Dalam gerakan sosial politik, godaan pragmatisme ini begitu tinggi.
***
SAIFUDDIN BANTASYAM
• Lahir: Aceh Jaya, 1 Juni 1963
• Pendidikan:
- Sarjana Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (1981-1987)
- Pascasarjana Jurusan Sosiologi pada Ateneo de Manila University
• Pekerjaan: Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah
• Pengalaman:
- Direktur Eksekutif Yayasan Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) Aceh (1999-2002)
- Program Officer pada program kemanusiaan UNDP di Aceh
- Anggota Tim Perumus Undang-Undang Pemerintahan Aceh
- Anggota Dewan Pengawas Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Bidang Hukum dan Pemerintahan di Aceh (2006-2009)
- Direktur Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Unsyiah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.