Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Bisa Hukum Partai Korup

Kompas.com - 16/10/2012, 23:19 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Citra partai dan politisi yang terlibat korupsi semakin buruk dan dukungan publik menurun. Masyarakat pemilih bisa benar-benar menghukum partai atau politisi semacam itu dengan tidak memilihnya pada Pemilu 2014 nanti.

"Pemilih semakin cerdas, dan mereka mengamati prilaku para kader partai. Jika para politisinya terlibat korupsi, publik akhirnya akan memberikan sanksi, yaitu tidak memilih partai dan calon anggota legislatifnya dalam Pemilu," kata peneliti korupsi politik Indonesia Cooruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan, di Jakarta, Selasa (16/10/2012).

Hasil survei Lembaga Survei Nasional memperlihatkan, partai yang kadernya paling banyak terlibat korupsi menurut responden adalah Partai Demokrat (51,4 persen responden), Partai Golkar (5,4 persen), dan PDI-P (2,4 persen). Ini menjelaskan, kenapa elektabilitas atau keterpilihan Partai Demokrat terus menurun belakangan ini.

Menurut Abdullah Dahlan, perilaku politisi atau kader partai yang terlibat korupsi berdampak buruk pada citra partai. Lembaga politik itu dianggap gagal menjalankan fungsi kepartaiannya. Presepsi publik itu merupakan gejala awal dan akan berpengaruh pada elektabilitas atau keterpilihan politisi dan partai tersebut dalam Pemilu.

"Publik tidak memilih dalam Pemilu merupakan hukuman terhadap partai beserta politisinya yang korup. Label partai korup merupakan sanksi yang harus diterima partai akibat gagal membangun partai yg sehat dan amanah," katanya.

Sanksi semacam itu bisa terus dikembangkan menjadi gerakan bersama untuk memberikan menghukum partai mana pun yang gagal mengarahkan para kadernya untuk bekerja dengan amanah.

Menjelang Pemilu, masyarakat bisa mempublikasikan catatan jejak rekam masing-masing partai dan para politisi di masing daerah pemilihan (dapil). Itu upaya untuk terus mengingatkan memori publik akan perilaku partai yang buruk.

"Jika diperlukan, bisa juga diusulkan untuk memberikan sanksi lebih berat lagi, yaitu partai yang terbukti korup dibekukan sementara atau tidak diloloskan sebagai peserta Pemilu," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com