Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Baru Lakukan Uji Balistik Peluru Kasus Novel

Kompas.com - 08/10/2012, 16:01 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian RI mengaku belum pernah melakukan uji balistik terhadap peluru yang bersarang di kaki Iwan, salah satu pencuri sarang burung walet. Uji balistik baru dilakukan beberapa waktu lalu. Iwan adalah salah satu korban penembakan. Dalam kasus penembakan ini, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berasal dari Polri, Novel Baswedan, dijerat dalam dugaan penganiayaan berat. Kasus ini terjadi pada 2004, saat Novel menjabat sebagai Kasat Reskrim Polda Bengkulu.

"Sedang berjalan, setelah diangkat pelurunya dari kaki," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (8/10/2012).

Boy mengatakan, untuk mengusut kasus ini, tengah diperiksa lima saksi dari anggota kepolisian dan saksi lain dari pihak korban. Selama uji balistik belum selesai dilakukan, Polri belum bisa memastikan kecocokan senjata yang digunakan dengan peluru yang bersarang di kaki Iwan.

"Saya belum bisa pastikan. Masih bagian dari pemeriksaan," ujar Boy.

Atas kasus ini, KPK telah membentuk tim investigasi. Dalam kasus ini, Novel telah menjalani sidang disiplin dan kode etik. Ia tak dijerat dalam tindak pidana umum. Menurut KPK, kasus Novel sudah selesai pada 2004 dan bukan dilakukan olehnya, melainkan anak buahnya.

Setelah 8 tahun, penyidikan mulai dilakukan setelah adanya laporan korban, yakni Iwan, yang merasakan sakit pada kakinya setelah melakukan operasi beberapa waktu lalu. Setelah itu, penyidik Polda Bengkulu dan Polda Metro Jaya mendatangi Gedung KPK, Jumat (5/10/2012) malam, untuk berkoordinasi dengan pimpinan KPK guna menangkap Novel.

Saat ini, Novel bertugas sebagai penyidik di KPK yang menangani sejumlah kasus, di antaranya Wakil Ketua Satgas Tim Kasus Simulator. Dalam kasus ini, jenderal bintang dua Polri Irjen Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka.

Berita terkait polemik Polri dan KPK dapat diikuti dalam topik "Polisi vs KPK"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com