Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Ini Ibarat Peta Wisata Papua

Kompas.com - 05/10/2012, 11:31 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

Yakomina menuturkan semakin menurunnya kunjungan wisatawan ke museum akhirnya ia siasati dengan melakukan pameran berkeliling. Pihaknya biasa membawa beberapa benda koleksi dan melakukan pameran di berbagai kabupaten dan terutama sekolah-sekolah, tanpa pungutan bayaran.

Ia mengungkapkan pentingnya proses “jemput bola” tersebut dengan harapan suatu saat jika anak-anak sekolah maupun orang-orang dari berbagai kabupaten di seputar Jayapura, bertandang ke Kota Jayapura, pada akhirnya akan mampir ke museum tersebut.

“Kami juga berusaha menyelamatkan benda-benda antik. Harus cepat diselamatkan supaya lestari. Masalahnya, museum-museum di Papua banyak yang tidak dirawat. Museum Budaya di Biak tidak dirawat. Museum Cenderawasih sedang diperbaiki. Museum di Wamena tidak terurus,” jelasnya.

Museum Provinsi Papua sendiri mendapatkan jatah revitalisasi museum yang dicanangkan pemerintah pusat. Di tahun 2011, museum ini mendapatkan kucuran dana sebesar Rp 2,5 miliar untuk memperbaiki fisik bangunan.

Kompleks museum yang tergolong luas ini juga memiliki aula pertemuan dengan kapasitas 500 orang. Beberapa ruang pamer terbagi dalam dua bangunan utama. Sementara di bagian depan tepat di pintu masuk ke ruang pamer pertama, terdapat dua patung tinggi.

Satu patung merupakan tiang rumah adat khas Sentani yang biasa dipakai untuk rumah adat. Simbol cicak dan buaya kembali muncul di patung ini. Selain itu juga patung menyimbolkan lambang kebersamaan.

Patung tinggi lainnya merupakan patung asmat dengan buaya sebagai simbol keselamatan dan mencerminkan kekerabatan yang erat. Selain itu patung tersebut juga dipercaya sebagai penolak bala dan simbol bagi leluhur yang perlu dikenang.

Seperti halnya koleksi di dalam yang hanyalah benda mati namun sarat akan makna dan tradisi turun-temurun yang sepatutnya tak lekang oleh waktu untuk dikenal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com