Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Calon Alternatif 2014

Kompas.com - 22/09/2012, 06:36 WIB

Sekretaris Jenderal DPP PPP M Romahurmuziy tidak sependapat dengan Hanta. Menurut dia, mesin parpol pendukung Foke-Nara bekerja efektif. Salah satu bukti, dibandingkan dengan putaran pertama, peningkatan suara Foke-Nara pada putaran kedua lebih tinggi daripada Jokowi-Ahok. Dalam hitung cepat Litbang Kompas, katanya, peningkatan suara Foke-Nara 13 persen, sedangkan Jokowi-Ahok 10 persen. Namun, hal itu tak cukup untuk mengimbangi figur Jokowi-Ahok.

Fokus figur

Keterpilihan Jokowi-Ahok yang lebih didasarkan pada figur mereka dibanding mesin parpol membuat PDI-P akan fokus pada strategi mengangkat figur yang membumi dan menggerakkan mesin partai secara solid pada Pemilu 2014.

”PDI-P harus bisa menemukan figur partai yang membumi. Kami memang partai terbuka, tetapi kami memprioritaskan kader internal partai yang punya potensi dan kapabilitas. Di sisi lain, mesin partai juga harus tetap berjalan. Dari situ kami berharap kerja-kerja politik partai dapat didukung masyarakat. (Pilkada) ini menjadi contoh untuk pemenangan pemilu ke depan,” kata Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga DPP PDI-P Puan Maharani.

Upaya menemukan figur partai yang kapabel dan membumi itu, menurut Puan, salah satunya dilakukan dengan mewajibkan tes psikologi bagi seluruh struktural partai dan calon legislatif PDI-P. Tes psikologi itu lebih untuk melihat potret kader, apakah cocok di legislatif, di eksekutif, atau di struktural partai.

”Kami juga harus melihat rekam jejaknya dalam penugasan partai pada masa mereka menjabat, apakah mereka juga punya komitmen yang kuat terhadap partai,” katanya.

Belajar dari pengalaman Pilkada DKI Jakarta, menurut Puan, PDI-P juga melihat peran media sosial sebagai wadah yang cukup efektif untuk menyosialisasikan program dan figur calon kepada masyarakat. Meski demikian, pemanfaatan jejaring media sosial itu harus tetap mengedepankan etika.

Partai Golkar pun, kata Nurul, akan mengambil strategi kampanye baru untuk pemenangan Pemilu 2014. Namun, hal yang tak kalah penting, lanjutnya, adalah kesungguhan dalam membangun serta menawarkan program untuk menarik suara rakyat. Kesungguhan semacam itulah yang dibutuhkan untuk menarik simpati rakyat.

Belajar dari Pilkada DKI Jakarta, Partai Nasdem akan betul- betul selektif dalam memilih kader. Sosok yang dinilai baik oleh partai belum tentu diterima masyarakat.

”Isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) tidak memengaruhi masyarakat Jakarta. Masyarakat Jakarta dan Indonesia secara umum sudah cerdas dan tidak bisa diintervensi. Kalau rakyat menghendaki perubahan, sudah tidak bisa dihalangi partai dengan berbagai cara, seperti kasus Pilkada DKI,” ujar Ketua Umum Partai Nasdem Rio Patrice Capella.

Rio percaya, Pilkada DKI Jakarta akan menjadi model bagi pilkada di daerah lain. Masyarakat tidak terpengaruh iming- iming bantuan dan biaya tinggi dari kampanye yang dikeluarkan seorang kandidat.

Rio mengatakan, partainya menyadari oligarki partai untuk mengeroyok calon yang berseberangan tidak menjadi variabel kemenangan dalam pemilihan langsung. Sosok individu yang jujur dan dipercaya lebih dipentingkan dan disukai rakyat.

Merujuk hasil hitung cepat Pilkada Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menelepon Jokowi untuk memberi selamat dan berpesan agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden juga menelepon Foke untuk mengucapkan terima kasih telah memimpin Jakarta lima tahun terakhir. Presiden pun mengharapkan Foke mendukung Jokowi. (ato/nta/osa/nwo/why/ong/edn/har)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com