Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukup Banyak Stok Pemimpin Nasional

Kompas.com - 11/09/2012, 23:40 WIB
Ilham Khoiri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok-kelompok masyarakat sipil diharapkan dapat memunculkan tokoh-tokoh yang potensial menjadi pemimpin nasional. Itu dapat menyegarkan bursa calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2014.

"Saya kira stok pemimpin nasional kita banyak, hanya saja kerap tidak terfasilitasi oleh kekuatan-kekuatan partai," kata Direktur The Political Literacy Institute, Gun Gun Heriyanto, di Jakarta, Selasa (11/9/2012).

Para tokoh alternatif itu bisa dari kalangan akademisi, teknokrat-birokrat, atau politisi bagus tapi masih belum jadi tokoh utama partai. Bisa juga berasal dari tokoh-tokoh organisasi masyarakat yang punya kapasitas leadership dan kerap diposisikan sebagai kandidat secara sporadis pada masa lalu.

Hingga kini, nama-nama yang beredar sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2014 masih didominasi para tokoh lama, bahkan sebagian telah berkompetisi pada Pemilu 2009 dan 2004. Masih sedikit sekali tokoh-tokoh baru yang dapat memenuhi harapan penyegaran.

Gun Gun Heriyanto menilai, proses konsolidasi demokrasi di Indonesia belum sukses menciptakan pola kaderisasi yang terlembagakan di partai politik. Politik figur masih sangat dominan dan mengalahkan sistem sehingga tradisi kepartaian kita bercorak feodal-oligarkis-transaksional. Dampaknya, nama-nama yang beredar lebih banyak daur ulang nama-nama lama.

Di tengah situasi itu, idealnya partai melakukan demokratisasi internal seperti dengan menjaring calon lewat konvensi dan survei. Kemungkinan lain, dengan melacak sejumlah nama yang punya kemampuan, profesionalitas, dan kredibilitas dari tokoh partai atau dari luar. Bisa juga dimunculkan dari para pemimpin daerah yang dianggap berhasil dan mampu mengelola pemerintahan di tingkat nasional. Partai-partai besar umumnya sudah mengusung calon sendiri.

Untuk itu, kekuatan civil society perlu memunculkan nama-nama pemimpin alternatif, terutama melalui media. Partai-partai juga bisa menengah atau gabungan partai bisa melakukan koalisi terpola untuk memunculkan tokoh alternatif yang punya popularitas dan elektabilitas tinggi.

"Dengan cara itu, partai-partai menengah bisa menjadi pesaing yang kuat bagi partai besar. Posisi partai-partai tengah akhirnya tidak sekedar ornamen dan pelengkap penderita dari pencapresan partai-partai besar," kata Gun Gun Heriyanto, yang juga pengajar komunikasi politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com