JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menilai, trisula aparat penanggulangan terorisme yaitu Kepolisian RI, Badan Intelijen Negara, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, kecolongan atas terjadinya ledakan di Beji, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (8/9/2012) malam lalu. Seharusnya, aparat dapat mendeteksi dan menanggulangi teror dengan baik, mengingat alokasi anggaran yang cukup besar.
"Saya prihatin karena secara maraton Polri, BIN, dan BNPT kecolongan terhadap kasus meledaknya bom. Padahal, kita meyakini mereka dapat mengatasi semua itu karena anggaran juga sudah banyak dianggarkam untuk mereka dalam menanggulangi teror. Kok sekarang kecolongan lagi," ujar Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2012).
Priyo menjelaskan, Indonesia sejatinya memiliki alat intelijen yang canggih dan aparat terlatih untuk menangani aksi teror. Hal itu dapat terjadi jika intelijen bekerja lebih serius dan cermat.
"Kita (DPR) minta aparat bekerja lebih serius dan profesional. Masyarakat harus membantu aparat negara untuk menanggulangi teroris dan saya harapkan masyarakat untuk tidak panik," kata Priyo.
Ketiga lembaga, diingatkan Priyo, untuk menyikapi berbagai kritik yang dilayangkan. Kritik tersebut harusdilihat sebagai bentuk dukungan agar bekerja lebih serius untuk memastikan adanya rasa aman di tengah masyarakat.
"Kita minta Menkopolhukam mengoordinasikan secara lebih terkoordinir lagi baik BIN, BNPT dan Kepolisian," ujar politisi Partai Golkar ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.