Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Diduga Kelompok Baru

Kompas.com - 02/09/2012, 03:37 WIB

Timur Pradopo mengatakan, penyerangan dua pospam Lebaran yang tidak juga terungkap hingga penembakan Bripka (sekarang Aipda anumerta) Dwi Data Subekti di Pos Polisi Singosaren, Kamis lalu, karena polisi harus melalui serangkaian proses penyelidikan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, para pelaku memiliki motif balas dendam kepada kepolisian atas langkah penindakan kepolisian terhadap kasus-kasus terorisme yang terjadi selama ini.

”Untuk langkah-langkah selanjutnya, kami inginkan pelaku pelanggaran hukum dapat ditangkap hidup-hidup, tanpa ada perlawanan membahayakan. Petugas harus melumpuhkan mereka. Kasus ini akan berkembang terus menunggu hasil pemeriksaan selanjutnya,” tutur Timur.

Polisi menyita sejumlah barang bukti, seperti 1 senjata api jenis pistol, 3 magasin, 43 peluru ukuran 9,0 milimeter (mm) jenis Luger, 9 holopoint 9,0 mm, 1 telepon seluler, serta beberapa dokumen dan surat tanda nomor kendaraan. Para pelaku mendapatkan senjata itu secara ilegal dari Filipina.

Terkait situasi keamanan di Solo, Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Pemkot Solo akan memberdayakan warga di setiap kampung. Sistem pos keamanan lingkungan (poskamling) akan ditingkatkan lagi. Pemkot Solo juga akan mengumpulkan ketua RT, organisasi masyarakat, polisi, dan TNI pada Selasa (4/9). Aturan 1 x 24 jam wajib lapor kepada pengurus wilayah setempat akan diberlakukan kembali.

MT Arifin, budayawan Solo yang selama ini juga menjadi pengamat terorisme, menilai, pengungkapan pelaku teror tersebut karena polisi coba merunut kejadian dari berbagai informasi dan peralatan yang digunakan pelaku, kemudian menyimpulkan ada keterkaitan dengan jaringan terorisme.

”Saya melihat kelompok-kelompok tersebut mungkin merupakan gerakan-gerakan yang memiliki pengalaman lokal. Apakah itu memiliki hubungan jaringan, memang harus dibuktikan lebih lanjut,” ujarnya.

”Tampaknya Solo dihadapkan pada kelompok yang menginginkan potensi-potensi konflik dibangkitkan di Solo, sebagai second front dari pertempuran politik. Meski peristiwa yang muncul tidak saling berkait, jelas itu bertujuan menciptakan citra buruk Solo,” paparnya.

Di Jakarta, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, mengungkapkan, Komisi III berencana segera memanggil Kepala Polri untuk dimintai penjelasan tentang kasus-kasus kekerasan belakangan ini, termasuk di Solo dan Sampang.

”Kami akan evaluasi kondisi dan penanganan keamanan serta mencari solusi bersama yang terbaik. Kami meminta kepolisian memperkuat pengamanan dan jaminan perlindungan bagi warga negara,” katanya.

Pengamat sosial politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistiyo, berharap polisi bertindak tegas untuk menjalankan fungsi menjaga keamanan dan melindungi warga negara.

Sabtu sore sekitar pukul 16.00, di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, isak tangis keluarga mengiringi kedatangan jenazah Bripda Suherman. ”Suherman anak yang sabar dan penurut,” ujar Arief, paman almarhum, tentang putra pasangan Baharuddin dan Tahira itu.

Kedatangan jenazah Suherman disambut dengan upacara yang dipimpin Wakil Kapolda Sulawesi Selatan dan Barat Brigjen (Pol) Syahrul Mamma. Menurut rencana, Suherman dimakamkan di Padangloang, Patampanua, Pinrang hari Minggu ini. (UTI/WEN/SON/RIZ/IAM/FER/EDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com