Tokoh masyarakat Solo, Mudrick S Sangidu, sepakat dengan Daroji, kasus beruntun di Solo itu sebagai bukti aparat intelijen kecolongan. Dari tiga kasus yang semuanya menyerang kepolisian, hal itu merupakan peringatan kepada institusi kepolisian.
”Seolah-olah pelaku mengajak menjadikan polisi sebagai musuh bersama. Kalau dikaitkan dengan Pilkada DKI Jakarta, terlalu jauh,” ujarnya.
Menurut ahli hukum dari Universitas Sebelas Maret, Solo, M Jamin, teror di Solo jelas mengarah kepada polisi saja. Karena itu, polisi ditantang untuk mengungkapkan kasus itu.
”Kejadian sebelumnya kan sudah ada bukti forensik yang sebenarnya bisa diungkapkan. Polisi melalui intelijen seharusnya bisa mendeteksi,” katanya.