Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demam Emas di Tengah Taman Nasional

Kompas.com - 30/08/2012, 06:23 WIB

Masifnya perburuan emas kala itu acap kali menimbulkan gesekan antarkelompok petambang. Tak sedikit di antaranya yang berujung perkelahian.

Puncaknya, menurut Sami, terjadi pada 2000-2003 ketika jatuh korban tewas. Konflik pun meluas menjadi konflik antarkampung, seperti antara Tambun-Imandi, Ibolian-Tonom, Pusian-Toruakat, dan Abak- Bombanom.

Hingga kini, luka konflik itu agaknya tak pernah benar-benar sembuh dan masih saja terjadi gesekan antarkampung meski penyebabnya bukan lagi emas. Latennya konflik ini ditandai dengan adanya pos polisi di setiap jalan perbatasan antardesa. Hampir setiap hari, satu-dua polisi berjaga di pos itu.

Tak hanya memicu konflik sosial, penambangan emas ini juga merusak lingkungan. Kepala Pos Tambun TNBNW, Max Lela mengatakan, petambang emas itu jelas merusak taman nasional. Namun, pihaknya tidak berdaya menghentikannya.

”Setidaknya, mereka telah mengganggu habitat burung maleo karena daerah jelajah maleo sampai di daerah itu,” kata Max Lela. Hingga kini, tak ada tindakan terhadap para petambang liar karena terbatasnya petugas taman nasional.

Selain menjadi habitat maleo, TNBNW juga menjadi habitat babi rusa dan anoa yang terancam punah.

Kerusakan hutan konservasi akibat aktivitas petambang emas juga terjadi di Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo. Kepala Resor KSDA Suaka Margasatwa Nantu Muchtar Maksum mengatakan, petambang emas terus merangsek di kawasan konservasi Nantu.

Dalam kurun waktu 2009-2011, pihaknya sudah menertibkan ratusan petambang liar di Nantu. Penambangan itu merusak bagian hulu Sungai Paguyaman yang membelah Nantu. Air sungai pun keruh dan tercemar logam berat merkuri. ”Namun, tetap saja petambang menjarah,” kata Muchtar.

Menurut dia, jika dulu ancaman terbesar hutan Nantu adalah perambahan dan penebangan hutan, saat ini ancamannya adalah petambang emas. ”Petambang emas semakin marak sejak dua tahun terakhir. Kalau emasnya sudah habis, mungkin mereka akan kembali menjarah kayu,” katanya.

(Aswin Rizal Harahap/Ahmad Arif)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com