Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Embrio Kesultanan Jawa

Kompas.com - 23/08/2012, 10:29 WIB

KOMPAS.com - Kesultanan Demak merupakan embrio berdirinya kesultanan di Pulau Jawa. Raden Patah atau Raden Fatah dan para wali telah menorehkan sejarah panjang perkembangan Islam melalui kekuatan politik kesultanan.

Raden Patah merupakan putra Prabu Brawijaya V dari salah seorang selir bernama Campa, hadiah dari Dinasti Ming, China. Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Majapahit menghadiahkan salah satu wilayah kekuasaannya, Kampung Bintoro, kepada Raden Patah atau Djin Bun.

Bersama Wali Sanga, murid Sunan Ampel itu menjadikan wilayahnya sebagai Kasultanan Islam Demak Bintoro pada 1475 dengan misi mensyiarkan Islam di Jawa. Bintoro semula kawasan rawa dan perkampungan nelayan di dekat Sungai Tuntang yang bermuara di Laut Jawa. Kawasan ini kerap disebut Glagahwangi.

Di daerah yang tidak subur dan minim penduduk itu, Islam justru tumbuh dan berkembang atas peran Raden Patah (1475-1518) dan Wali Sanga. Pada 1477, Raden Patah dan Wali Sanga mendirikan Masjid Demak. Masjid itu mempunyai kekhasan pada bagian tiang penyangga atap tengah.

Atap tengahnya ditopang empat tiang kayu raksasa (saka guru) yang dibuat oleh empat wali, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga. Saka buatan Sunan Kalijaga itu khas karena disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Keempat sisa saka guru itu kini tersimpan di Museum Masjid Agung Demak.

Simbol toleransi

Masjid tertua di Jawa ini juga menjadi simbol toleransi antarpemeluk agama karena pembangunannya didukung oleh Majapahit. Ini ditandai dengan delapan saka guru di serambi yang berukiran khas Hindu-Buddha. Tiang-tiang ini hadiah dari Prabu Brawijaya V.

Masjid ini kemudian menjadi tempat berkumpul, shalat berjemaah, dan berembuk strategi syiar Islam di Jawa oleh Wali Sanga.

Gaya penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya oleh Wali Sanga berbeda dari daerah lain di Nusantara mengingat ajaran agama yang ada sebelumnya mengental dalam tradisi kelokalan. Sebagai contoh, metode yang diusung Sunan Kalijaga, yakni syiar melalui seni wayang kulit dan suluk tembang Jawa, serta mengenakan surjan atau pakaian adat Jawa yang mirip baju takwa.

Keturunan Sunan Kalijaga generasi ke-13, Wiedjayanto, mengatakan, syiar Sunan Kalijaga sangat mengena dan mudah dipahami masyarakat. Misalnya, tembang ”Lir-ilir” yang menggambarkan lima rukun Islam dengan buah belimbing yang punya lima sisi, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Bahkan, seorang petani belimbing dan jambu Demak, Karmono (65), mengaitkan semangat Wali Sanga dengan nama jambu khas Demak, yaitu jambu merah delima. (HEN/EKI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

    Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

    Nasional
    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

    Nasional
    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

    Nasional
    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

    Nasional
    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

    Nasional
    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

    Nasional
    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

    BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

    Nasional
    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

    Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

    Nasional
    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

    Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

    Nasional
    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

    Nasional
    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com